CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 23 Oktober 2012

Jangan Potong Tali Penolong Ini! Apalagi Saat Resusitasi!



Semakin saya mempelajari tentang plasenta dan tali pusat, semakin saya di buat jatuh cinta kepada mereka. Karena ketika saya mempelajari mereka, saya menjadi semakin sadar bahwa Maha Pencipta benar-benar ada ! Subhanalloh....

Betapa Tuhan ciptakan plasenta dan tali pusat nya lengkap dan sehat, penuh gizi untuk janin yang hendak bertumbuh. Bahkan ketika sang janin sudah terlahirpun plasenta dan tali pusat masih saja melaksanakan “Tugasnya” yaitu mensuplai oksigen, sel darah merah, stem sel serta “cairan emas” lainnya demi menghantarkan bayi melalui “masa transisinya” dengan lembut.

Namun sayangnya masih banyak sekali para tenaga kesehatan yang masih saja menganggap bahwa setelah bayi lahir plasenta dan talipusat hanyalah “sampah’ yang harus segera di buang dan di singkirkan jauh-jauh. Padahal hingga bayi dilahirkan dan bahkan hingga tali pusat berhenti berdenyut-pun ternyata dia masih berguna bagi sang bayi.
Apalagi saat sang bayi membutuhkan dan mengalami kegagalan atau gangguan nafas (apnea, atau asfiksia) sebagian besar tenaga kesehatan pasti akan segera memotong tali pusat yang masih berdenyut tersebut lalu memisahkan bayi itu dari ibunya dan melakukan SOP (Standart Operating prosedur) melakukan resusitasi ke bayi tersebut. Padahal sebenarnya  ketika upaya resusitasi harus dilakukan ketika bayi masih terhubung dengan plasenta bayi- maka hasilnya akan lauh lebih baik lagi.
Alasan untuk tidka memotong tali pusat saat bayi dilakukan resusitasi adalah ketika tali pusat masih berdenyut maka dia akan masih mengalirkan/ mensuplai O2 ke tubuh sang bayi. Darah yang mengalir ke tubuh bayi tidak hanya penting karena mengandung oksigen, tetapi juga karena memberikan cukup darah sehingga tubuh dapat mempunyai jumlah darah yang tepat yang memungkinkan paru-paru mereka untuk berfungsi dengan baik. Dan jumlah darah yang tepat berarti ada sejumlah sel darah merah yang mengedarkan oksigen ke tubuh setiap bayi yang tidak berhasil untuk bernapas melalui paru-parunya.

Jika tali pusat di potong agar bayi dapat diresusitasi, bayi tidak hanya kekurangan oksigen dari darah yang masih dalam plasenta, ia juga tidak memiliki darah yang cukup untuk memungkinkan paru-paru untuk bekerja dengan baik dan mengalami sejumlah penurunan oksigen dari sel darah merah yang beredar. Namun sayangnya Rumah sakit saat ini tidak dirancang, baik dengan peralatan atau pelatihan personil, untuk melakukan resusitasi pada bayi dnegan tali pusat yang masih utuh. Padahal sebenarnya bisa dilakukan.
Seringkali ketika saya mengungkapkan tentang hal ini kepada teman sejawat maka jawaban mereka adalah mereka tidak akan bisa melakukan resusitasi karena ketika melakukan resusitasi, mereka harus menempatkan tubuh bayi di atas permukaan yang datar, padahal itu tetap bisa dilakukan sebenarnya misalnya dengan meletakkan papan pemotong sayur di bawah tubuh bayi dan melakukan resusitasi tetap diatas perut atau di pelukan sang ibu.
Seorang bayi yang masih menempel pada plasenta masih menerima darah beroksigen, Bahkan tali pusat yang telah berhenti berdenyut masih dapat mengalirkan darah ke bayi dari plasenta-ini merupakan proses yang kompleks.

Namun bagaimana caranya menggeser praktek dan budaya serta pemahaman yang selama ini ada di dunia medis? Dimana setiap melakukan relaksasi pada bayi baru lahir, maka tali pusat harus dipotong segera lalu bayi di pisahkan dari ibunya lalu di pindahkan ke meja resusitasi dimana permukaannya datar dan disitulah bayi di berikan tindakan resusitasi dan “dipaksa” untuk melakukan pernafasan paru-paru yang mungkin saja saat itu sebenarnya paru-parunya “belum sepenuhnya siap” untuk bernafas? Apalagi dengan melakukan resusitasi tanpa memotong tali pusat berarti akan bertentangan dengan protokol dan prosedur di RS?

Dokter, bidan, perawat- kebanyakan dari mereka tenggelam dalam suatu sistem medis yang tidak memiliki cukup waktu untuk mendidik mereka tentang proses kelahiran secara fisiologis, dan memiliki tradisi mengikuti aturan kedokteran, yaitu: proses persalinan dan kelahiran bayi haruslah dilakukan intervensi
Ketika Anda menyadari dan meyakini bahwa melakukan resusitasi pada bayi baru lahir haruslah dengan menjaga tali pusat tetap utuh, maka Anda harus mulai melakukan beberapa hal berikut :
Pertama, mengumpulkan kekuatan batin Anda. 

Kedua, mengumpulkan penelitian tentang manfaat untuk tidak segera memotong tali pusat segera setelah bayi lahir. Mencetaknya. Sorot poin yang relevan. Saya akan memberikan beberapa referensi dari artikel maupun penelitian ilmiah yang bisa Anda gunakan sebagai acuan.

Ketiga, komunikasikan dengan provider Anda. Minta mereka untuk bertukar pikiran wacana ini. Tekankan bahwa jika bayi Anda membutuhkan resusitasi, Anda ingin bayi Anda untuk tetap terhubung dnegan plasentanya sehingga ia memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup. ini sangat penting untuk bayi prematur juga.

Kelima, jika perlu buatlah surat penyataan dan perjanjian dnegan pihak rumah sakit untuk tidak memotong segera tali pusat bayi Anda ketika bayi Anda membutuhkan indakan resusitasi..

Manfaat menjaga bayi tetap melekat pada plasenta ketika perlu dorongan untuk bernapas atau membutuhkan resusitasi sangatlah banyak. Dan ada manfaat yang tidak ada hubungannya dengan plasenta, tetapi harus dilakukan dengan si ibu. Tempat yang bayi merasa aman, satu-satunya “rumah” yang pernah dikenal bayi, adalah ibunya. Ketika bayi dapat merasakan sentuhan ibunya dan mencium kulit ibunya, bayi tahu dia aman. Ketika bayi diambil dari ibunya, bahkan tiga meter jauhnya, bayi merasa tidak aman. Tanggapan atau respon bayi ketika merasa tidak aman adalah untuk menutup saluran pernafasannya-yang dapat membuat lebih sulit bagi bayi untuk bernapas. (Lihat website Dr Nils Bergman di Kangaroo Mother Care dan Skin to Skin).

Nah di negara maju seperti Pedoman resusitasi neonatal di Kanada, Australia, Eropa dan Inggris merekomendasikan penundaan penjepitan tali pusat untuk rentang waktu minimum 1 menit atau ketika tali pusat berhenti berdenyut pada neonatus sehat. Pedoman ini sebagai bukti yang cukup untuk merekomendasikan waktu optimal penjepitan tali pusat pada bayi yang membutuhkan resusitasi. Tak satu pun dari mereka merekomendasikan penjepitan dan pemotongan langsung /segera setelah bayi lahir sebagai bagian dari perawatan. pedoman di Inggris dan Australia sejauh inipun juga menyarankan untuk menunggu 3 menit pada bayi prematur yang sehat untuk "meningkatkan tekanan darah selama stabilisasi, insiden transfusi darah lebih rendah dan lebih sedikit" (Resuscitation Council (Inggris), 2010; Council Australia Resuscitation, 2010 ). Pedoman Inggris juga berspekulasi bahwa pengikatan plasenta dengan resusitasi dapat ditunda sampai bayi sudah mulai bernapas spontan. WHO (1999) menyarankan itu perlu untuk tidak menjepit tali pusat sebelum resusitasi awal dan untuk tidak membuang-buang waktu memindahkan bayi ke tempat khusus, karena tempat tidur ibu biasanya hangat dan cocok.

Persyaratan resusitasi neonatal antara lain adalah kehangatan, permukaan keras. Adanya suction dan akses bebas di daerah umbilicus. Prioritas lain termasuk posisi yang nyaman untuk staf. Sebuah permukaan keras yang hangat dapat di kondisikan tempat tidur atau permukaan di mana bayi lahir. Pada tahun 2011 jajak pendapat ini penulis dari 34 bidan dari seluruh dunia, yang paling melaporkan bahwa mereka melakukan resusitasi dengan tali pusat masih utuh menggunakan sisi tempat tidur si ibu, sisi kolam yang dirancang untuk waterbirth, dengan meletakkan papan portabel yang keras datar dan hangat.
Suction bisa dari mesin resusitasi atau unit portabel seperti yang digunakan pada homebirths. Umbilikus diakses untuk menyediakan obat-obatan dan cairan. Jika tali pusat utuh, maka Bayi akan sangat tertolong. Obat jarang diperlukan untuk resusitasi, dan kemungkinan mereka akan diperlukan jauh lebih sering jika tali pusat masih utuh. (De Paco, Florido, Garrido, Prados & Navarrete, 2011; Asfour & Bewley, 2011).

Jika seseorang bidan/dokter lebih suka melakukan resusitasi bayi baru lahir di meja, maka ada alternatif untuk dapat digunakan. Dr Andrew Weeks dan tim di University of Liverpool merancang BASICS (Bedside Assessment, Stabilisation and Initial Cardiorespiratory Support). Yaitu Trolley, portabel kecil khusus meja resusitasi neonatal yang dapat digunakan bersama ibu, bahkan untuk kelahiran caesar (Universitas Liverpool, 2011). Ini termasuk oksigen, suction dan pemanas. (Wright, 2011).

Nah berikut ini bahan bacaan dan referensi yang bisa Anda gunakan untuk “membujuk” provider Anda untuk melakukan resusitasi tanpa memotong tali pusat bayi Anda:
1. Resuscitation of baby in mother’s arms: http://www.homebirth.net.au/2008/04/resuscitation-of-newborn.html


Semoga Bermanfaat

LOVE HORMONE a.k.a HORMON CINTA ?

 Heiii mdf's....apa sih hormon cinta itu? gunanya? yuukkk bahass bareng.....


Hormon cinta adalah sebutan dari hormon Oksitosin, sebuah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Kadar tertinggi oksitosin dilepaskan selama persalinan, dan semakin meningkat ketika bayi membuat jalan atau bergerak melalui jalan lahir. Dan puncak kadar oksitosin terjadi ketika kelahiran plasenta setelah bayi lahir

lalu bagaimana Oksitosin dilepaskan?  Oksitosin akan dengan mudah dilepaskan dan diproduksi didalam tubuh jika ada perasaan tenang, merasa nyaman, pasrah, dan mencintai terhadap bayi Anda

Mengapa kita perlu Oksitosin?

Nah berikut ini beberapa alasan mengapa kita perlu oksitosin:
1. merangsang rahim untuk berkontraksi untuk melahirkan bayi
2. memfasilitasi proses menyusui
3. pelepasan oksitosin membawa pada perasaan cinta antara ibu dan bayi
4. merangsang payudara untuk memancarkan ASI nya
5. ketika Anda memiliki kadar oksitosin yang tinggi. Maka Anda akan selalu merasa bahagia, sedikit kesempatan untuk jatuh dalam kondisi depresi postpartum
6. mengurangi peluang seorang wanita mengalami perdarahan postpartum akhir setelah bayi lahir melalui vagina
7. membantu rahim kembali ke ukuran semula (sebelum hamil)

Kapan saya akan mengalami tingkat tertinggi Oksitosin?

1. tingkat tertinggi oksitosin adalah ketika Anda bersama dengan bayi Anda satu jam setelah kelahiran vagina
2. tingkat tertinggi berikutnya dicapai selama menyusui

Nah bagaimana supaya kadar Oksitosin tetap tinggi selama proses persalinan dan menyusui? 

1. Tetap tenang selama proses persalinan dan rasakan cinta Anda.
2. Berada di lingkungan yang nyaman, tenang, saling mendukung dan remang-remang.
3. Menghabiskan satu jam pertama kehidupan bayi tanpa di ganggu oleh siapapun dan apapun (uninterupted), kontak kulit ke kulit
4. bayi bisa memijat, menjilat atau menyondol puting ibu untuk merangsang puting susu
5. memeluk dan mencium bayi Anda
6. kulit ke kulit dengan bayi
7. kontak mata dengan bayi

Apakah ada sesuatu yang menghambat pelepasan Oksitosin ini?

1. stres (hormon kortisol, hormon stres, dan hormon adrenalin adalah kebalikan dari oksitosin)
2. Anda merasa tidak aman atau tidak nyaman
3. Anda tidak menyusui
4. Anda tidak melakukan kontak kulit ke kulit dengan bayi
5. Anda dipisahkan dengan bayi Anda

Dapatkah setiap orang mengalami efek Oksitosin ini?

ya termasuk laki-laki, cara yang baik adalah melalui sentuhan ritmis yang menyenangkan, seperti memeluk dan membelai dengan lembut.
Nah mari tingkatkan kadar oksitosin Anda bunda

sumber : <bidan kita>