CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 23 Desember 2013

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS FRAKTUR HUMERUS



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Trauma lahir merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses persalinan atau kelahiran bayi. Luka yang terjadi pada waktu melakukan amniosintesis, transfuse intrauterine, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian perlukaan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlukaan kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma hipoksik yang disebut sebagai asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli terlatih.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan adanya kemajuan dalam bidang obstetric, khususnya pertimbangan tindakan seksio sesaria atas indikasi adanya kemungkinan keuslitam melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Beberapa factor resiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malpresentasi, presentasi ganda, disporposi sefalo-pelvik, kelahiran dengan tindakan, persalinan lama, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya factor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahur bayi tersebut atau fantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.
Fraktur tulang humerus adalah salah satu trauma lahir yang dapat terjadi pada bayi baru lahir, walaupun angka kejadiannya sedikit. Bidan harus mengetahui tanda-tanda dari trauma ini, sebagai deteksi dini trauma pada bayi baru lahir.

1.2.   Tujuan Umum
1.Dapat memberikan asuhan bayi baru lahir dengan fraktur humeri

1.3.   Tujuan Khusus
1.      Mengetahui tanda dan gejala fraktur pada bayi baru lahir.
2.      Dapat melakukan deteksi dini fraktur humerus pada bayi baru lahir




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan akibat rudapaksa. (Mochtar, 1999).
Fraktur tulang kadang terjadi selama kelahiran. Menurut Hamilton (2000), tulang-tulang yang kebanyakan mengalami cedera adalah klavikula, humerus, femorus. Gejala fraktur pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan warna jaringan yang terkena.
2.      Deformitas postur tubuh atau bengkak.
3.      Abnormal mobilitas atau kurangnya gerakan.
4.      Menangis merintih ketika tulang digerakkan
Bila dicurigai terjadinya fraktur, harus dilakukan perawatan yang cermat dengan mengimobolisasi bagian yang terkena dan mencegah kerusakan lebih lanjut.  Traksi atau splints mungkin digunakan untuk mengimobilisasi bagian yang fraktur selama periode penyembuhan.
Trauma tulang humerus lebih jarang terjadi dibandingkan dengan fraktur tulang klavikula. Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit inilah merupakan penyebab terjadinya fraktur tulang humerus. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini bila terjadi tekanan yang keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. (Nelson Pediatric Textbook Volume 3).



2.2.   Etiologi
Fraktur humerus lebih jarang terjadi. Kesulitan yang dijumpai saat pengeluatan bahu pada presentasi kepala dan lengan ekstensi pada letak sungsang sering menyebabkan fraktur ini. akan tetapi, hingga 70% kasus terjadi pada persalinan normal. Fraktur ekstrimitas atas yang berkaitan dengan persalinan sering berjenis greenstick, meskipun dapat terjadi fraktur komplet disertai tumpang tindih tulang (Cunningham, 2005).
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atasa. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit inilah merupakan penyebab terjadinya fraktur tulang humerus. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini bila terjadi tekanan yang keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis.


2.3.   Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan ( Apley,A. Graham.1997 ). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari tekanan yang dapat ditoleransi tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang  ( Carpnito, Lynda Juall. 1997). Setelah terjadi fraktur , periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
 
2.4.   Jenis Fraktur Humeri
1.      Fraktur suprakondilar humerus, ini terbagi atas:
a.    Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan posisi lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi
b.    Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi.
2.      Fraktur interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler latreralis dan fraktur kondiler medialis humerus.
3.      Frakur batang humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi).
4.      Fraktur kolum humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak dibawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak dibawah tuberkulum).
2.5.   Gejala
Gejala klinis dapat diketahui dengan berkurangnya gerakan tangan yang sakit, ditemukannya reflex moro yang asimetris, terbanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa sakit, atau terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif. Letak fraktur umumnya di daerah diafisis. Diagnosis pasti ditegakkan denan pemeriksaan radiologi.

2.6.   Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan jalan imobilisasi selama 2-4 minggu dengan fiksasi bidai. Prognosis penyembuhan fraktur tumpang tindih ringan dengan deformitas, umunya akan baik. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya akan mempunyai bentuk serta panjang yang normal. Hal ini disebabkan karena fraktur tersebut akan member stimulais pertumbuhan pada epifisisnya. Bila fraktur tulang humerus terletak di daerah sulkus nervus radialis, maka oerlu diperhatikan kemungkinan adanya komplikasi paralisis saraf radialis.

2.7.   Penanganan
a.       Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan lengan siku fleksi 90° selama 10-14 hari serta kontrol nyeri.
b.      Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas umunya akan baik.
c.       Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal.














BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
DENGAN FRAKTUR HUMERI


1.1  Data subjektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan meliputi :
1.      Biodata atau identitas pasien :
1.    Bayi meliputi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin .
2.      Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).

2.      Riwayat antenatal
Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBL dengan fraktur humerus yaitu:
·                 Keadaan ibu selama hamil dengan diabetes mellitus.

3.      Riwayat natal
Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan fraktur humeri pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
·                     Kala II : Persalinan dengan letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas, adanya adistocia bahu, panggul sempit, kala II lama.

4.      Riwayat post natal
Yang perlu dikaji :
·                     Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 AS (4-6) .
·                     Berat badan lahir :  BBL >3800gr dengan persalinan pervaginam.

1.2  Data obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
a.       Keadaan umum
Pada neonatus dengan fraktur humeri, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang tidak aktif pada daerah lengan dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
.
b.      Tanda-tanda Vital
Suhu         : Beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 °C. (normal 36,5°C – 37,5°C)
Nadi         : Normal 120-140 kali per menit
Respirasi : Normal antara 40-60 kali permenit
c.       Pemeriksaan fisik
·       Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks. Kecuali pada daerah yang fraktur, terjadi hematoma di rongga medula tulang.
·      Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
·       Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
·       Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
·       Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
·       Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
·       Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

1.3  Assasment
By.Ny... usia 0-28 hari dengan fraktur humerus

1.4  Planning
1.      Menjelaskan kepada orang tua tentang keadaan bayinya dan meminta persetujuan untuk melakukan tindakan yang lebih lanjut
2.      Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan lengan siku fleksi 90° selama 10-14 hari serta kontrol nyeri.
3.      Menjelaskan kepada orang tua dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
4.      Memberikan support mantal kepada orang tua dan keluarga.




DAFTAR PUSTAKA

Ø  Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta : EGC.
Ø  Manuaba.1998.Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidik Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Ø  Henderson,Christine, dkk. 2006.Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Ø  Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Asuhan Maternal dan Neonatal .Jakarta : YBP-SP
Ø  Saifuddin, Abdul Bari.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

 


























BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.   Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan akibat rudapaksa. (Mochtar, 1999).
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit inilah merupakan penyebab terjadinya fraktur tulang humerus. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini bila terjadi tekanan yang keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis.
Gejala klinis dapat diketahui dengan berkurangnya gerakan tangan yang sakit, ditemukannya reflex moro yang asimetris, terbanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa sakit, atau terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif. Letak fraktur umumnya di daerah diafisis. Diagnosis pasti ditegakkan denan pemeriksaan radiologi.
Pengobatan dilakukan dengan jalan imobilisasi selama 2-4 minggu dengan fiksasi bidai. Prognosis penyembuhan fraktur tumpang tindih ringan dengan deformitas, umunya akan baik. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya akan mempunyai bentuk serta panjang yang normal. Hal ini disebabkan karena fraktur tersebut akan member stimulais pertumbuhan pada epifisisnya. Bila fraktur tulang humerus terletak di daerah sulkus nervus radialis, maka oerlu diperhatikan kemungkinan adanya komplikasi paralisis saraf radialis.
Bidan bertugas dalam mendeteksi dini adanya fraktur humerus pada bayi baru lahir, agar dapat memberikan asuhan yang sesuai terhadap bayi dengan fraktur humerus.

4.2.   Saran
Perlu adanya kolaborasi yang baik antara bidan dengan tenaga kesahatan dalam memberikan asuhan terhadap bayi baru lahir. Konseling terhadap orangtua juga diperlukan agar asuhan dapat terlaksana dengan baik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar