CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 23 Desember 2013

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NEONATUS ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Enterokolitis nekrotikans  merupakan salah satu penyakit yang sangat serius dan berat pada saluran pencernaan neonatus. Insidens enterokolitis nekrotikans berkisar 1-5% kasus dan 5-10% diantaranya terjadi pada bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) (berat lahir<1500 g) dan hanya 10% terjadi pada bayi cukup bulan Sampai saat ini etiologi yang jelas mengenai enterokolitis belum diketahui secara pasti, Namun beberapa teori berusaha menjelaskan timbulnya nekrosis dan perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan neonatus yang menderita penyakit ini. Enterokolitis nekrotikans termasuk penyebab utama kesakitan dan kematian pada neonatus, dengan angka kematian mencapai 20-50%.
Angka mortalitas sangat bervariasi bergantung pada berat badan lahir, penyakit penyerta, virulensi proses penyakit dan apakah pasien dilahirkan lokal atau pernah dirujuk.

1.2 Tujuan
1.      Mengetahui pengertian enterokolitis nekrotikans neonatus
2.      Mengetahui etiologi penyakit
3.      Mengetahui manifestasi klinis
4.      Mengetahui diagnosis penyakit
5.      Mengetahui prognosis penyakit
6.      Mengetahui pencegahan  terhadap penyakit
7.      Mengetahui penatalaksanaannya
8.      Mengetahui asuhan yang tepat untuk bayi dengan enterokolisis nekrotikans





BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Menurut Paulette S.H, Enterokolitis nekrotikans adalah predominan penyakit bayi prematur    yang penyebabnya multifaktor dan beratnya berkisar dari nekrosis mukosa lokal pada         segmen kecil usus sampai nekrosis transmural seluruh usus kecil dan kolon.
Enterokolitis nekrotikans merupakan penyebab umum perforasi usus selama masa neonatus. Penyakit ini merupakan  penyakit usus yang banyak dijumpai pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan juga pada bayi premature.

2.2  Etiologi
Etiologi pastinya belum diketahui. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya enterokolitis nefrotikans. Faktor utamanya ialah immaturitas saluran cerna. Factor lain seperti hipoksia iskemia, sepsis perinatal, transfusi tukar, kateter umbilikius, polisitemia, susu sapi, obat-obat hipertonik, atau pemberian makanan yang terlalu cepat dapat turut menyebabkan jejas mukosa, dan selanjutnya terjadi infeksi yang menyebabkan nekrosis

2.3  Manifestasi Klinis
a. Sering datang dengan gejala non spesifik : letargi, instabilitas suhu, apneu, bradikardi, hipoglikemia dan syok.
b. Gejala yang lebih spesifik : distensi abdomen, residu lambung yang banyak bila siberi makan, muntah, diare, darah samar atau nyata pada tinja.
c. Perkembangan penyakit : distensi abdomen memburuk, dinding abdomen lembek, tampak lengkung usus dan oedema, eritema, serta krepitus dinding abdomen.
d. Temuan laboratorium meliputi neutropenia, trombositopenia dan asidosis metabolik. Pada pasien NEC biasanya ditemukan 30-35% kultur darah positif.
e. Temuan radiologis meliputi : pola ileus, pneumatosis intestinalis, udara dalam vena porta, pneumoperitonium, cairan intraperitonial serta lengkung usus dilatasi menetap pada filum anteroposterior dan lateral dekubitus kiri.

2.4  Diagnosis
Diagnosis enterokolitis nekrotis dapat ditegakkan dengan adanya pneumatosis intestinal yang dapat dilihat melalui roentgen perut. Gas vena porta yang ditemukan menunjukkan tingkatan penyakit telah berada pada fase berat dan pneuporitoneum menunjukkan perforasi. Diagnosa banding enterokolitis meliputi infeksi spesifik (sistemik atau intestinal), obstruksi, dan volvulus.

2.5  Prognosis
Komplikasi enterokolitis nekrotikans pasca reaksi usus masis meliputi sindrom usus pendek (malabsorbsi, kegagalan pertumbuhan, malnutrisi), komplikasi makanan parenteral total karena kateter vena sentral (sepsis, thrombosis) dan ikterus kolestasis yang dapat memburuk menjadi sirosis. Komplikasi lainnya seperti striktur, malabsorpsi, hipermotilitas usus, hipersekresi asam lambung, pertumbuhan bakteri berlebih, waktu transit intestinal berkurang serta defisiensi vitamin B12 dan garam empedu.

2.6  Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian makanan tambahan  yang bijaksana sesuai dengan usia bayi dan pemberian ASI

2.7  Penatalaksanaan
a. Terapi medis suportif, pendekatan yang mungkin bila tidak ada bukti nekrosis dan perforasi usus.
·         Istirahat dan dekompresi usus
·         Hentikan pemberian makanan dan minum enteral
·         Berikan cairan intravena : infus glukosa atau garam normal.Penggantian cairan dan elektrolit agresif, transfusi produk darah sesuai keperluan.
·         Pasang pipa lambung untuk drainase
·         Mulai lagi pemberian ASI melalui pipa lambung pelan-pelan dan tingkatkan perlahan-lahan sebanyak 1-2 mL/minum  jika abdomen tidak mengalami nyeri-tekan, BAB normal tanpa ada darah, dan tidak muntah kehijauan. Mulailah memberi ASI
·         Jika bayi mengalami apnu atau mempunyai tanda bahaya lainnya, berikan oksigen   melalui   pipa nasal. Jika apnu berlanjut, beri aminofilin atau kafein IV 
·         Pantau pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap, hitung platelet, analisis gas darah, elektrolit serum, DIC dan kultur darah)
·         Jika bayi pucat, cek hemoglobin dan berikan transfusi jika hemoglobin < 10 g/dL.
·         Berikan antibiotic spektrum luas seperti ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin   ditambah metronidazol (jika tersedia) selama 10 hari.
·         Pemeriksaan fisik yang sering, radiografi abdominal serial setiap 6 sampai 8 jam.
b. Intervensi bedah untuk indikasi seperti pneumoperitoneum, penurunan klinis meskipun penanganan telah agresif, teraba massa abdomen, lengkung usus dilatasi menetap pada radiografi, adanya udara vena porta pada radiografi (kontroversial) dan parasentesis yang positif lebih dari 0,5 mL cairankuning-coklat yang mengandung bakteri pada pewarnaan Gram.
      c. Intervensi bedah meliputi laparatomi dengan reseksi usus nekrosis dan kemungkinan pembuatan ostomi. Usaha dilakukan untuk mereseksi usus yang jelas nekrosis atau  perforasi dan mempertahankan katup ileosekal.
      d. Drainase peritoneal untuk pengobatan perforasi, pemasangan drain penrose di abdomen bawah (prosedur di tempat tidur) untuk mendekompresi udara, cairan dan material tinja.
      e. Terapi pascaoperasi.
·         Dukungan pernapasan
·         Resusitasi cairan mungkin diperlukan sekunder akibat kehilangan dan sepsis rongga ketiga, pemberian antibiotik.
·         Observasi dinding abdomen dan stoma terhadap perubahan warna dan pembengkakan, Pantau CBC, platelet, elektrolit, dan status asam-basa. Asidosis persisten menunjukkan adanya usus nekrotik.
      f. Penutupan stoma. Bila bayi telah menoleransi makanan dan beratnya bertambah, reanastomosis bisa ditunda sampai 4 bulan atau lebih. Haluaran berlebih dari stoma mengharuskan penutupan stoma yang lebih dini.



BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN PADA BAYI DENGAN ENTEROKOLITIS NEFROTIKAN
DI RUMAH SAKIT BUNDA TAHUN 2013

3.1    PENGKAJIAN DATA
Tanggal      :    25 November 2013
Jam             :    10.00 WIB
Tempat       :    di Rumah Sakit Bunda
Oleh           :    Bidan Sri Amd. Keb.
No. Reg      :    0324

3.1.1     Data Subyektif
1.      Biodata
Nama bayi       : “B”                         Nama ibu/ayah       : Ny. M & Tn S
Tanggal lahir   : 28-11-13                Umur                      : 21 th & 25th
Jenis kelamin   : Laki-laki                 Pendidikan             : SMA & SMA
Umur               : 1 bulan                   Pekerjaan               : IRT & swasta
Alamat            : Kedung Sroko          Agama                   : Islam
                                                         Alamat                   : Kedung Sroko

2.      Keluhan Utama : Ibu mengatakan perut bayi kembung,bayi sering muntah,BAB agak encer dan berdarah sejak 1 minggu yang lalu.

3.      Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan hamil pertama, ibu tidak pernah menderita penyakit yang dapat mempengaruhi seperti DM, hepatitis, jantung, asma, hipertensi, dan TBC. Ibu periksa hamil 6x selama hamil. Ibu suntik TT selama hamil 2x, ibu makan 2-3 x. hari



4.      Riwayat Natal
Ibu mengatakan usia kehamilannya 8 bulan, bayi lahir 17.00 WIB lahir spontan, Bayi lahir menangis tidak begitu kuat. BB bayi 1900 gr PB. 40 cm ketuban jernih dan ditolong oleh bidan.

5.      Kebutuhan dasar
a.       Pola nutrisi
Bayi sudah diberi pisang sebagai makanan pendamping ASI
b.      Pola eliminasi
BAB encer dan ada bercak darah
c.       Pola istirahat / tidur
Bayi rewel
d.      Pola aktivitas
Bayi lemas dan gerakan kurang aktif
6.      Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang dapat berpengaruh dan menular terhadap bayi seperti DM, jantung, TBC, hipertensi, asma, hepatitis.
7.      Riwayat Psikososial
Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya dan ibu mengatakan siap merawat bayinya.
3.1.2     Data Obyektif
1.             Pemeriksaan umum
KU         : lemah
TTV         suhu   : 380 C
Nadi : 100 x/menit
RR     : 60 x/menit

2.             Pemeriksaan Fisik
Kepala         :  tampak bersih dan teraba hangat
Muka           :  sianosis / pucat
Mata            :  konjungtiva pucat, sclera tidak icterus, tidak ada perdarahan.
Mulut           :  reflek hisap lemah warna bibir biru
Dada           :   tidak ada benjolan, irregular
Abdomen     :  teraba lembek,tampak lengkung usus
Ekstremitas :  warna kulit dan kuku sianosis, tonus otot lemah.
Anus            : BAB encer dan ada bercak darah pada feses
3.             Pemeriksaan Neurologis
a.         Reflek moro
Pada bayi tidak timbul gerakan terkejut ketika dirangsang dengan tepukan
b.        Reflek menggenggam
Saat tangan disentuh dengan jari pemeriksam bayi tidak menggenggam jari pemeriksa
c.         Reflek rooting
Bayi tidak menoleh waktu pipi disentuh
d.        Reflek menghisap
Hisapan bayi pada putting susu lemah

4.             Pemeriksaan antropometri
a.    BB : 1900 gr
b.    PB : 40 cm
c.    LK : 29 cm
d.   LD : 30 cm

5.      Pemeriksaan penunjang
           a. Rontgen :
               terdapat pneumatosis intestinalis,ada udara dalam vena porta, terdapat  cairan intraperitoneal
           b. Laboratorium :
               Kultur darah positif
3.2         ASSESMENT
Diagnosa                        : Bayi dengan suspek enterokolisis nekrotikans
Diagnosa Potensial        : Sepsis
                 Masalah                          : Syok, hipoglikemia

3.3         PLANNING
1.    Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi.
     E/  Ibu dan keluarga mengerti kondisi bayi dan tampak kooperatif dengan bidan.
2.      Memberikan cairan intravena
      E/ Cairan dextrose telah terpasang sesuai dengan advise dokter
3.      Memasang pipa lambung
      E/ Pipa lambung untuk drainase telah terpasang melaui mulut bayi
4.      Memberikan Oksigen
      E/ Oksigen telah terpasang dan diberikan pada bayi
5.      Melakukan pemeriksaan laboratorium
      E/ Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan
6.      Memberikan antibiotik
      E/ Antibiotic spektrum luas seperti ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin   ditambah metronidazol sudah di berikan
7.      Melakukan pemeriksaan foto rontgen sesuai advise dokter
      E/ Foto rontgen abdominal telah dilakukan sesuai dengan advise dokter tiap 8 jam












BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Enterokolitis nekrotikans adalah penyebab umum perforasi usus selama masa neonatus yang banyak dijumpai pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan juga pada bayi premature. Etiologi pastinya belum diketahui. Namun faktor utama timbulnya enterokolitis nekrotikans ialah immaturitas saluran cerna. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan dengan adanya pneumatosis intestinal yang dapat dilihat melalui roentgen perut. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian makanan tambahan yang bijaksana sesuai dengan usia bayi dan pemberian ASI. Penatalaksanaan  untuk penyakit ini disesuaikan dengan gejala kasus yang dicurigai  dan terdiagnosa.
4.2 Saran
Hendaknya dalam asuhan kebidanan dikumpulkan data yang lengkap dan valid, agar kita sebagai tenaga kesehatan memberikan asuhan yang optimal baik pada intervensi maupun implementasi terlebih dalam menentukan atau mengidentifkasi atau diagnosa dan masalah sehingga kita dapat memahami dan melakukan kebutuhan segera melakukan penanganan yang sesuai atau kompeten.








DAFTAR KEPUSTAKAAN

Behrman,RE , Kliegman RM. 2010. Nelson Esensi Pediatri Edisi 4. Jakarta : EGC
Gary,F Cunningham dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
http://www.ichrc.org/311-enterokolitis-nekrotikan  diakses pada tanggal 26 November 2013
Haws, Paulette S.2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar