BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakng Masalah
Bidan
sebagai seseorang yang bertanggung jawab memberikan asuhan secara menyeluruh
kepada wanita, mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan
untuk ibu dan keluarga. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang
bertanggung jawab dan akuntabel. Bidan sebagai mitra wanita berkewajiban untuk
memberikan dukungan, asuhan, dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas. Bidan dituntut untuk dapat memimpim persalinan secara mandiri dan memberikan
asuhan pada bayi baru lahir. Bidan merupakan ujung tombak pemerintah dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Target
pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Dari target MDGs 102 per 100.000
Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228
per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per
1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000
menjadi 24 per 1000 KH.
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian
bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi mengalami
cacat seumur hidup dan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermia pada bayi
baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).
Hipoglikemi
adalah kelainan pada bayi yang merupakan dampak dari komplikasi yang dialami
ibu pada masa kehamilan yang menyebabkan sel otak pada bayi tidak mampu hidup. Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir,
untuk mencegah hal yan tidak diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya.
Maka dari itu perlu diperhtikan pula riwayat ibu saat kehamilan serta pada
kehamilan yang lalu.
Hipoglikemia dapat bersifat sementara akibat
kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen dihati atau
menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Pada hipoksia, pembentukan
energy dari glukosa menurun dengan akibat kerusakan neuron.
Hipoglikemi dapat terjadi pada bayi dari ibu penderita
diabetes mellitus, pada BBLR, dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum
yang berat seperti sepsis, meningitis, dan sebagainya.
Pada
tingkat tertentu hipoglikemi pada neonatus dapat menyebabkan kematian. Peran
bidan sangatlah penting untuk mendeteksi dini dan memberikan pelayanan kesehatan
yang tepat agar tidak terjadi kematian sehingga MDGs dapat dicapai dengan baik.
Untuk itu penulis membuat makalah ini agar dapat dijadikan salah satu referensi
untuk para bidan.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah “ Bagaimanakah asuhan kebidanan yang tepat pada
neonatus dengan hipoglikemi ? ”.
1.3.
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada
neonatus dengan hipoglikemi.
b. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1). Pengertian hipoglikemia
2). Etiologi
hipoglikemia
3).
Patofisiologi hipoglikemia
4). Tanda dan
gejala hipoglikemia
5). Diagnosis hipoglikemia
6).
Penatalaksanaan hipoglikemia
7). Prognosis hipoglikemia
1.4.
Manfaat Penulisan
a.
Bagi
Penulis
Dengan penulisan makalah ini penulis dapat menambah ilmu pengetahuan
penulis tentang hipoglikemi pada neonatus serta mengetahui penanganan dan
asuhan kebidanan yang tepat pada kasus tersebut.
b.
Bagi
Pembaca
Dengan
pembuatan makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bagi
pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Hipoglikemia
Saat lahir, bayi harus melakukan transisi dari yang
tadinya mendapat suplay nutrisi dari plasenta menjadi pemberian makanan per
oral. Pada awal kelahiran, Energi tambahan yang diperlukan neonatus jam-jam
pertama diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar
gula darah mencapai 120
mg/100 mg.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula
darah (glukosa) secara abnormal rendah. Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah
bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar
glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa
gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi
pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun.
Hipoglikemia merupakan
konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal yang dapat
menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat,
dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran
Dorland:2000).
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi
dengan kadar glukosa darah
kurang dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010).
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah
kadar rata-rata bayi seusia dan berat badan aterm (2500 gr atau lebih) <
30mg/dl dalam 72 jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari berikutnya.
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat
terjadi berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu
diabetes dan mengalami Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera
dingin. Selama masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi
jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan glikogen
menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk
diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
Kelompok Umur
|
Glokuse <mg/dl
|
Darah Plasma/serum
|
Bayi/anak
Neonatus
* BBLR
* BCB
0 - 3 hr
3 hr
|
<40 mg/100 ml
<20 mg/100 ml
<30 mg/100 ml
<40 mg/100 ml
|
<45 mg/100 ml
<25 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
<45 mg/100 ml
|
Hipoglikemia
pada neonates :
a. Untuk setiap neonatus manapun, kadar
glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
b. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula
darah <47 mg/dL
c. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga
kesehatan perlu mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia
d. Diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
2. 2. Etiologi
Hipoglikemia
Secara
garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
a.
Kelainan
yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme
(bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada
bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme
menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan
penggunaan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini
diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang
sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek
pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan
ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini
kadar laktat sangat tinggi
Defek
pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan
ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat
tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam
jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal.
Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism
b.
Kelainan
yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
1.
Simpanan
glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan
ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat
pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan
klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus,
usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan
yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang
mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis
2.
Kelainan
pada produksi glukosa hepar
Kelainan
ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada
pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis.
Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap
hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal
(panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan
3.
Defisiensi
kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal
ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan
energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati
namun yang sangat penting adalah diagnosis dini
2.3. Patofisiologi Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah
(BBLR), karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer
glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga meningkat pada
janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga
terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru
lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf
pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi
dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk
ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa
yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada
asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
2.4. Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Hipoglikemia
bisa menunjukan gejala ataupun tidak.
Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia
pada neonatus dengan faktor risiko
- Tremor
- Sianosis
- Apatis
- Kejang
- Apnea intermitten
- Tangisan lemah/melengking
- Letargi
- Kesulitan minum
- Gerakan mata berputar/nistagmus
- Keringat dingin
- Pucat
- Hipotermi
- Refleks hisap kurang
- Muntah
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari
sampai satu minggu setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang
dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan
sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang
melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat
gerakan putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal
jantung dan henti jantung. Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena
gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila
gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang adekuat, perlu
dipikirkan penyebab lain.
2.5. Diagnosis
Hipoglikemia
Presentasi klinis
hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa untuk SSP serta
stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula.
Selama hari pertama atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke
SSP dan gangguan cardiopulmonary. Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan
skrining untuk hipoglikemia pada satu jam pertama kehidupan meliputi:
a.
Bayi yang
baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg
b.
Besar usia
kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan
pertumbuhan intrauterin
c.
Bayi yang
lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan
diabetes gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)
d.
Usia
kehamilan kurang dari 37 minggu
e.
Bayi yang
baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
korioamnionitis
f.
Bayi yang
baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness,
tachypnea, hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur,
kejang, dan kelesuan
g.
Selain itu,
pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang signifikan,
gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi hepatomegali
(mungkin glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah
anterior, gigantisme, Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin
Beckwith-Wiedemann Syndrome), atau kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan
atau ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau agen hipoglikemik oral
h.
Terjadinya
hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi insulin
yang tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan.
Hiperinsulinisme neonatal Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu
diabetes (yang telah berkurang sekresi glukagon dan siapa produksi glukosa
endogen secara signifikan dihambat). Secara klinis, bayi ini makrosomia dan
memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten,
jitteriness, dan kejang jujur.
2.6. Penatalaksanaan Hipoglikemi
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis:
- Pada saat lahir
- 30 menit setelah lahir
- Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai
Kejadian
hipoglikemia dapat dicegah dengan:
- Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
- Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
- Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
- Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
- Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau
Untuk
penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan:
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor
dalam 3 hari pertama :
1. Periksa kadar
glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
2. Ulangi tiap 6
jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan
3. Kadar glukosa
≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
4. Pemeriksaan
kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai
b. Penanganan
hipoglikemia dengan gejala :
1. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan
1 ml/menit
2.
Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan
diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8
mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt =
25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari
atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila
lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
c. Untuk mencari
kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus
(GIR) = glucosa Infusion Rate
Contoh : Berat
bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80
cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam
d. Periksa glukosa
darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
e. Bila kadar
glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
f. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
- Infus
D10 diteruskan
- Periksa
kadar glukosa tiap 3 jam
- ASI
diberikan bila bayi dapat minum
7. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
- Ikuti petunjuk bila kadar
glukosa sudah normal
- ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah
infus diturunkan pelan-pelan
- Jangan menghentikan infus
secara tiba-tiba
c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:
1. ASI teruskan
2. Pantau, bila ada gejala manajemen seperti
diatas
3. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum,
bila :
- Kadar
< 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
-
Kadar 25-45
mg/dl naikkan frekwensi minum
- Kadar
≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
d. Kadar glukosa normal
1.
IV teruskan
2.
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
3.
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
4.
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar
glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran
dihentikan.
e. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia
lebih dari 7 hari)
1. Konsultasi endokrin
2.
Terapi: kortikosteroid
hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral,
mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
3.
bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain:
somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang
dilakukan)
f. Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit
menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan:
1.
Hidrokortison
5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
2.
Glukagon 200
ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
3.
Diazoxide 10
mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas
Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara
sering diperlukan untuk memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang
memadai. Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan
glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan
secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24 -48 jam atau lebih
untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
2.7. Prognosis
Hipoglikemia
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis
tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik
yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang
adekuat
a.
Hipoglikemia
neonatus
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1.
Hipoglikemia transisional
Prognosisnya
baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia
perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan
mortalitas/morbiditas bayi. Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar
gula 20 mg/100 ml.
2.
Hipoglikemia sekunder
Mortalitas
neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi
yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya,
tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
3.
Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam
kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada
BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri,
demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental,
perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
Pada penelitian prospektif
dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7
tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada
cacat nerologik yang berat.
4.
Hipoglikemia berat (berulang)
Kelompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai
masalah tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.
a)
Defisiensi
hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)
Sering kali
disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama, nampaknya
akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3
meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan
sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala
retardasi.
Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi
hormon-hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.
b)
Kelebihan
hormon (hiperinsulinisme)
Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan
oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih
meragukan, sebab adanya anomali multipel yang menyertainya.
c) Infant giants (Foetopathia
Diabetica) :
Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap
pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo
biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.
d)
Adenma sel
beta :
Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan
yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya
memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan
sering kali dengan kejang-kejang. Maka, penting diagnosis dini dan tindakan
bedah yang segera.
e)
Gangguan
metabolisme hidrat arang:
Prognosis
tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya hipoglikemia bisa fatal
pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.
f)
Gangguan
metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia,
misalnya: Maple
syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai pragnosis
yang meragukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.
DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
a.
Biodata
Bayi
Nama
Bayi : Bayi Ny. H
Umur
Bayi : 2 hari
Tanggal
/Jam lahir : 28 November 2013 / 04.10
WIB
Jenis
Kelamin : Perempuan
b.
Biodata
orang tua
Nama : Ny. H
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat :
Jl. Mawar No. 37
Nama : Tn. R
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Mawar No. 37
- Keluhan Utama
Keluarga mengatakan bayi baru lahir usia 2 hari dengan keluhan bayinya
gemetar, tangisannya lemah, pucat, timbul keringat dingin, dan
bayi malas menyusu.
C. Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan
ini adalah hamil anak pertama. Ibu mengatakan rutin periksa satu bulan sekali
ke bidan dan hasilnya ibu tidak mengalami penyulit dalam kehamilan hingga
mendekati proses bersalin, ibu pernah mendapat imunisasi TT sebanyak dua kali.
Ibu melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan.
D. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan
di BPS ditolong oleh bidan secara spontan, usia kehamilan saat bersalin adalah
cukup bulan. Saat proses persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
E.
Riwayat
Kesehatan Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan
memiliki riwayat penyakit diabetes atau penyakit gula yang diderita oleh ibu
sebelum hamil hingga saat hamil. Dan ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit
kelamin, darah tinggi, hepatitis, TBC, asma dan HIV/AIDS begitu pula dengan
keluarganya.
F.
Riwayat
Laktasi
Ibu mengatakan
bayinya kesulitan minum ketika di beri ASI sejak lahir, daya hisapnya pun
lemah. Ketika disusui bayi terlihat malas dan tertidur.
G. Riwayat Eliminasi
Bayi BAB 2 kali sehari. Dan BAK 7 kali
dalam sehari.
- Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan
bayinya telah mendapat imunisasi Hb0 pada umur 1 hari.
3.2.
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
§ Keadaan Umum : Bayi terlihat lemas dan
mengantuk
§ Tanda-tanda vital :
Nadi
: 134 x/menit
Pernapasan : 65 x/menit
Suhu : 36 °C
B. Ukuran Antropometri
BB
: 4000 gram
LK : 35 cm
LILA : 10 cm
PB : 52 cm
LD : 34 cm
C.
Pemeriksaan
fisik
a.
Kepala
: Tidak ada moulase , tidak ada caput succadenum, tidak ada cephalhematom,
ubun-ubun lunak, tidak cekung/cembung, tampak verniks di kulit kepala.
b.
Telinga
: Simetris, letak sejajar dengan ujung mata.
c.
Mata
: Mata tidak kering, konjungtiva merah muda, sklera putih, gerakan mata
berputar.
d.
Hidung
: Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada ronchi dan wheezing, pernapasan
belum teratur.
e.
Mulut
: Tidak ada labiopalatoskizis, reflek hisap lemah
f.
Leher
: Pergerakan leher tampak ekstensi bila badan diangkat, tidak ada fraktur
klavikula, tidak ada pembesaran abnormal.
g.
Dada
: Normal, payudara dan puting susu simetris, bunyi nafas dada vaskuler, tidak
terdengan bunyi jantung ke tiga.
h.
Abdomen
: Bentuk normal. Tidak ada pembesaran hepar, keadaan tali pusat masih basah dan
tidak ada tanda infeksi.
i.
Punggung
: Tidak ada spina bifida.
j.
Genital
: Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia minora
k.
Anus
: Berlubang dan sudah mengeluarkan mekonium.
l.
Kulit
: Terdapat verniks kaseosa sedikit, warna kulit merah tidak keriput, turgor
kulit jelek, tidak ada pembengkakan dan tidak ada tanda lahir.
m. Ekstremitas
·
Atas
: Gerakan tangan lemah, jari-jari tangan lengkap, dan tidak ada kelainan.
·
Bawah
: Gerakan kaki lemah, jari-jari lengkap, dan tidak ada kelainan.
n.
Reflek
-
Reflek
moro : ada
-
Reflek
rooting : lemah
-
Reflek
sucking : lemah
-
Reflek
swallowing : ada
-
Reflek
tonik neck : ada
-
Reflek
babinsky : ada
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium, GDS bayi : 39 mg/dl
( < 45 mg/dl
)
E. Data Tambahan
GDS
ibu : 250 mg/dl
3.3.
ASSESMENT
Bayi Ny. H usia
2 hari neonatus cukup bulan dengan hipoglikemia
3.4.
PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada
ibu, suami, dan keluarga bahwa bayi memiliki kadar gula darah kurang.
(ibu,
suami dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan)
2. Melibatkan keluarga pada saat
kita melakukan tindakan pada bayi
(Keluarga bersedia terlibat dalam
mengasuh bayinya)
3. Mengobservasi keadaan umum bayi dan
tanda-tanda vital
a.
memantau
keadaan bayi, bayi terlihat lemah
b.
memantau
tanda-tanda vital dengan hasil:
BB : 4000 gr
Suhu
badan : 36 0C
Nadi : 130 kali / menit
Pernafasan : 65 kali / menit
4.
Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
a.
Membungkus bayi dengan selimut yang kering dan hangat
b.
Menjaga suhu lingkungan di sekitar bayi agar tetap hangat
(Bayi
digedong, menggunakan topi, sarung tangan dan sarung kaki)
5.
Menganjurkan
pada ibu agar tetap memberikan ASI sesering mungkin pada bayinya
(Ibu
bersedia melakukannya)
- Mengajarkan kepada ibu mengenai cara pemberian ASI minimal 3-4 jam sekali dengan porsi sedikit 30 cc tapi sering. Jika bayi tidak mau menyusu, mulai pemberian makan dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 hari lahir dengan menggunakan susu khusus untuk bayi hipoglikemia.
(Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya)
7.
Menganjurkan pada keluarga untuk
membawa anaknya ke Rumah Sakit apabila keadaanya belum membaik
(Keluarga
mengerti dan bersedia melakukannya)
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Hipoglikemia
ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan
kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak belum
diketahui pasti.
Hipoglikemia
dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme
glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan
endokrin dan pengaruh obat-obatan
maupun toksin.
Hipoglikemia
simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering
menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian
minum dan bayi dari ibu DM.
Pada
bayi/anak, gejala-gejala hipoglikemia dapat berupa: gerakan motorik tidak terkoordinasi,
pucat, cengeng, ataksia, strabismus, kejang, malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan
tingkah laku. Hipoglikemia bisa disertai atau tidak dengan banyak keringat dan
takhikardi.
Jika
tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari
berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang
menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang
adekuat.
4.2.Saran
Diperlukan suatu pemahaman
yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang pengertian, etiologi,
manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap bayi
baru lahir.
DAFTAR
PUSTAKA
http://growupclinic.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hipoglikemia-pada-bayi/.
Diakses tanggal 27 November 2013. Jam 20.00
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=371:hypoglycaemia-of-the-newborn-low-blood-sugar&catid=29:information-indonesian&Itemid=67.
Diakses 27 November 2013. Jam 20.10
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/02/hipoglikemia/.
Diakses 27 November 2013. Jam 20.30
M Sacharin, Rosa. 1986. Prinsip Keperawatan
Pediatrik., Jakarta: EGC.
Markun. AH.1999. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Masjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Nelson Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardj