BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat
beberapa indikator yang digunakan, pada umumnya tercermin dalam kondisi
morbiditas, mortalitas, dan status gizi. Derajat kesehatan Indonesia
digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit. Derajat
kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi
faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya
(Kemenkes RI, 2011).
Pembangunan kesehatan saat ini telah berhasil
meningkatkan status kesehatan masyarakat. AKI dan AKB senantiasa menjadi
indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Pada periode 2004
sampai dengan 2007 terjadi penurunan AKI dari 307 per 100.000 kelahiran hidup
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 35 per 1000 kelahiran hidup
menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup. Namun demikian keberhasilan tersebut masih
perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan dengan negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
lainnya. Target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010-2014 mengamanatkan agar AKI dapat diturunkan menjadi 118 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2014. Selain itu, kesepakatan global Millennium
Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan AKB menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun (www.depkes.go.id).
Menurut Menteri Kesehatan (2007), berdasarkan Survey
Kesehatan Rumah Tangga (2001), penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia
diantaranya BBLR (berat badan lahir rendah) 29%, asfiksia 27%, tetanus
neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi
5%, dan lain-lain 13% (SKRT, 2001).
BBLR diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang. Angka kejadian
di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu
berkisar antara 9% - 30% (WHO, 2007).
Menurut Mitayami (2011) faktor penyebab BBLR adalah
komplikasi obstetri, komplikasi medis, faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu
diantaranya adalah dikarenakan penyakit, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan
kondisi ibu saat hamil. Penyebab langsung kematian bayi adalah komplikasi pada
bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi. Penyebab tidak
langsung AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan
sendiri.
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin
yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat.Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal dan neonatal karena masih
banyak bayi yang dilahirkan dengan berat lahir yang rendah. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan
mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental (Mochtar, 1998).
Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan
upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat.
Walaupun
sebagian besar proses persalinan terfokus pada Ibu, tetapi karena proses
tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan
persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan asuhan segera,
aman dan bersih untuk bayi baru lahir merupakan bagian esensial asuhan bayi baru
lahir.
Dari
penjelasan latar belakang diatas maka kami mengambil judul “Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Ny “L” Umur 1 Hari dengan BBLR Di Ruang Mawar RSUD dr. Moewardi
Surakarta” .
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Menerapkan
dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan kebidanan
nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada bayi baru
lahir.
2.
Tujuan Khusus
a.
Melakukan pengkajian menyeluruh pada bayi baru lahir dengan
BBLR.
b.
Menentukan diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir dengan
BBLR.
c.
Melaksanakan tindakan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
d.
Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
C. Manfaat
Penulisan
1. Bagi
RSUD dr. Moewardi Surakarta
Dapat
menjadi masukan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai masukan dalam memperkaya bahan materi asuhan
kebidanan tentang BBLR.
3. Bagi
Penulis
Untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
penulis tentang BBLR.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Asuhan
Segera Bayi Baru Lahir Normal
1.
Definisi Bayi Baru Lahir
Di bawah ini
terdapat beberapa pendapat menegenai definisi bayi baru lahir.
a. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
jam pertama kelahiran (Saifuddin, 2002).
b. Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Donna, 2003).
c. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).
d. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 –
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).
2.
Asuhan segera pada bayi baru lahir
Adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan dan
gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
a. Jagalah agar bayi tetap kering dan
hangat.
b. Usahakan adanya kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin (Saifuddin dkk, 2006).
3.
Penanganan BBL
Tujuan utama perawatan bagi segera
sesudah lahir adalah :
a.
Membersihkan jalan nafas
b.
Memotong dan merawat tali pusat
c.
Mempertahankan suhu tubuh bayi
d.
Identifikasi
e.
Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan
mata, dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam
keadaan kritis dan dokter mamberi intruksi khusus.
4.
Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan BBL adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal
yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
1)
Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2)
Bayi tampak aktif atau lunglai
3)
Bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan
meninggalkan Ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan
pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindakan, seperti :
c.
Bayi kecil untuk masa kehamilan/bayi kurang bulan
1)
Gangguan pernafasan
2)
Hipotermia
3)
Infeksi
4)
Cacat bawaan dan trauma lahir
d. Yang perlu dipantau pada BBL
1)
Suhu badan dan lingkungan
2)
Tanda-tanda vital
3)
Berat badan
4)
Mandi dan perawatan kulit
5)
Pakaian
6)
Perawatan tali pusat
e. Bayi baru lahir dinyatakan sakit
apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda berikut :
1)
Sesak nafas
2)
Frekuesi pernafasan 60 x/menit
3)
Gerak retraksi didada
4)
Malas minum
5)
Panas atau suhu badan bayi rendah
6)
Kurang aktif
7)
Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum (Saifuddin
dkk, 2001).
f. Klasifikasi
klinik
-
Nilai 7-10
= bayi normal
-
Nilai
4-6 =
bayi asfiksi ringan – sedang
-
Nilai
0-3 =
bayi asfiksi berat
Skor
|
0
|
1
|
2
|
Angka
|
Appearance color (warna)
|
Pucat
|
Badan merah, ekstrimitas biru
|
Seluruh tubuh kemerah merahan
|
|
Pulse (frekuensi jantung)
|
Tidak ada
|
Di bawah 100
|
Di atas 100
|
|
Grimace (reaksi terhadap rangsang)
|
Tidak ada
|
Sedikit gerakan mimic
|
Menangis, batuk/bersin
|
|
Activity (tonus otot)
|
Lumpuh
|
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
|
Gerakan aktif
|
|
Respiration (usaha napas)
|
Tidak ada
|
Lemah, tidak teratur
|
Menangis kuat
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
(Mochtar,
1996)
B. Asuhan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1.
Definisi
WHO (1961)
mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi prematur.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), adalah kondisi dimana
berat bayi saat dilahirkan tidak mencapai 2,5 kg (2500 gram) tanpa memandang
usia kehamilan. Berat lahir yang diambil biasanya sekitar 1 jam pasca
melahirkan. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, berat badan lahir
rendah dibedakan dalam berat badan lahir rendah (BBLR) jika berat lahir
1500-2500 gram, berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) jika berat lahir <
1500 gram, dan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) jika berat lahir <
1000 gram (Saifuddin, 2006 : 376).
Berikut
beberapa istilah berkaitan
dengan BBLR:
a.
Prematuritas murni
Adalah
bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu, dengan berat badan yang
sesuai.
b. Small For Date (SFD) atau kecil
untuk masa kehamilan (KMK)
Adalah
bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
c. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine
Adalah
bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
d. Light for date sama dengan small for
date
e. Dismaturitas
Adalah suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan
antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan.Atau bayi-bayi yang lahir
dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.Atau bayi dengan gejala
intrauterin malnutrition or wasting.
f. Large for date
Adalah
bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilannya, misalnya
pada diabetes mellitus.
2.
Etiologi
Sering
faktor penyebab tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor penyebabnya
tidaklah berdiri sendiri, antara lain :
a.
Faktor genetik atau kromosom
b.
Infeksi
c.
Bahan toksik
d.
Radiasi
e.
Insufisiensi atau disfungsi plasenta
f.
Faktor nutrisi
g.
Faktor-faktor lain-lain merokok, peminum alkohol, bekerja
berat masa hamil, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya
(Mochtar, 1996).
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas :
a. Sindrom gangguan pernafasan
idiopatik (penyakit membran hilain)
b.
Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.
c.
Perdarahan spontan dalam vertikel otak lateral, akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
d. Hiperbilirubinemia, karena fungsi
hati belum matang
e. Hipotermia
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas :
a.
Sindrom aspirasi mekoneum
b.
Hipoglikemia
c.
Hiperbilirubinemia
d.
Hipotermia
Bayi Berat LahirRendah (BBLR)
memungkinkan prematur (kurang bulan) mungkin juga cukup bulan.BBLR sangat rentan terhadap
hipotermia dan infeksi.Oleh karena itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko
kematian tinggi(Mochtar, 2001).
3.
Diagnosa dan Gejala Klinik
a. Sebelum bayi lahir
1)
Pada anamnesa sering dijumpai adanya Riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
2)
Pembesaran utrus tidak sesuai tuanya kehamilan
3)
Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih
lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
4)
Pertambahan BB Ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya.
5)
Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidromnion atau bisa
pula dengan hidromnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan
toksemia gravidarum, atau perdarahan antepartum.
b. Setelah bayi lahir
1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin
Secara
klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah
tengkorak kepala, keras, kerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak
ada, kulit tipis, berlipat-lipat mudah diangkat, abdomen cekung atau rata,
jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna
kehijauan.
2. Bayi prematur yang lahir sebelum
kehamilan 37 minggu.
Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit,
tulang tengkorak lunak dan mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like),
abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot
hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparan.
3.
Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterin.
4.
Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma
kelahiran, hipotermi dan sebagainya.
Pada bayi
kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh lebih
berkembang dibandingkan dengan bayi prematur BB sama, karena itu akan lebih
mudah hidup diluar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi
dibandingkan bayi matur dengan BB normal.
4.
Prognosis BBLR
Kematian
perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama.Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat
badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi etrutama disebabkan oleh
seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi,
pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat
kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara,
IQ yang rendah dan gangguan lainnya. (Mochtar, 1996)
5.
Penanganan
a)
Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR
mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat.
b) Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR
sangat rentan akan infeksi, perhatian prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c) Pengawasan nutrisi / ASI
Refleks
menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus di lakukan
dengan cermat.
d) Penimbangan ketat
Perubahan BB mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya rahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan BB harus
dilakukan dengan ketat.
Kapasitas lambungBBLR sangat kecil sehingga minum harus
sering diberikan tiap jam.Perhatikan apakah selama pemberian minum bayi menjadi
cepat lelah, menjadibiru, atau perut membesar/kembung.
Kebutuhan cairan untuk BBL 120-150 ml/kg/hari atau 100-120
cal/kg/hari.Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk
sesegera mungkin mencukupi kebutuan cairan/kalori.
(YBP-SP: Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal: 133-139)
6. Metode
Kangguru
Salah satu cara untuk mengurangi kesakitan
dan kematian BBLR adalah dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau perawatan
bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan bayi baru
lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu)
sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Perawatan metode ini sangat
menguntungkan terutama untuk BBLR.
Syarat
PMK adalah bayi BBLR yang stabil (sudah bernafas spontan dan tidak memiliki
masalah kesehatan serius). Tanda-tanda bayi BBLR yang memerlukan PMK adalah :
1. Tubuh
bayi dingin (suhu badan di bawah 36,5o Celcius)
2. Bayi
menjadi gelisah, mudah terangsang, lesu dan tidak sadarkan diri, demam (suhu badan di atas 37,5o
Celcius).
3. Bayi
malas menyusu, tidak minum dengan baik, muntah-muntah.
4. Bayi
kejang.
5. Mengalami
kesulitan bernafas, yaitu napas cepat (lebih dari 60 kali per menit dan mengalami berhenti napas selama
20 detik).
6. Diare
atau mencret.
7. Kulit
tampak kuning atau biru, terutama pada mulut/ bibir bayi.
8. Menunjukkan
gejala lain yang mengkhawatirkan.
Keuntungan
dan manfaat PMK adalah: suhu tubuh bayi tetap normal, mempercepat pengeluaran
air susu ibu (ASI) dan meningkatkan keberhasilan menyusui, perlindungan bayi
dari infeksi, berat badan bayi cepat naik, stimulasi dini, kasih sayang,
mengurangi biaya rumah sakit karena waktu perawatan yang pendek, tidak
memerlukan inkubator dan efisiensi tenaga kesehatan.
Perawatan Metode Kanguru dibagi menjadi dua:
1. PMK intermiten, yaitu PMK dengan jangka
waktu yang pendek (perlekatan lebih dari satu jam per hari) dilakukan saat ibu
berkunjung. PMK ini diperuntukkan bagi bayi dalam proses penyembuhan yang masih
memerlukan pengobatan medis (infus, oksigen). Tujuan PMK intermiten adalah
untuk perlindungan bayi dari infeksi.
2. PMK kontinu, yaitu PMK dengan jangka waktu
yang lebih lama daripada PMK intermiten. Pada metode ini perawatan bayi
dilakukan selama 24 jam sehari.
Adapun
tahap-tahap PMK yang harus dilakukan adalah:
1. Cuci tangan, keringkan dan gunakan gel hand
rub.
2. Ukur suhu bayi dengan dengan termometer.
3. Pakaikan baju kanguru pada ibu.
4. Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru,
menggunakan topi, popok dan
kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu.
5. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak
langsung ke kulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan
bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak
sedikit mendongak.
6. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran
besar, dan bayi diletakkan
di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut
ibu agar bayi tidak jatuh.
7. Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat
untuk menyangga bayi.
Selanjutnya ibu bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa bayinya dalam posisi tegak lurus
di dada ibu (skin to skin contact)
seperti kanguru.
8. Jika ibu lelah, dapat digantikan oleh orang
lain (suami).
(http://bayikangguru.wordpress.com/).
C.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1.
Definisi
Asuhan kebidanan adalah aktifitas
dan interaksi yang dilakukan oleh Bidan kepada klien yang membutuhkan atau
memempunyai permasalahan dalam bidang pengetahuan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan
pada klien, Bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan
difokuskan pada suatu proses sistematis dan analisis dalam memberikan asuhan
kebidanan. Kita menggunakan 4 langkah manajemen kebidanan SOAPyaitu :
a.
Data Subyektif
b.
Data Objektif
c.
Assessment atau
Diagnosa
d.
Planning
2. Manajemen
Kebidanan SOAP
a. Data subyektif
Adalah suatu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung baik kepada pasien atau keluarganya.
Data subyektif terdiri dari anamnesa terhadap pasien mulai
dari keluhan utama, kebiasaan sehari-hari sampai Riwayat kehamilan dan
kelahirannya.
1)
Anamnesa
a) Umur bayi dan orang tua
b) Tanggal dan jam bayi dilahirkan
c) Berat badan dan panjang badan bayi
untuk mengetahui status nutrisi bayi
d) Agama
e) Pendidikan orang tua
f) Pekerjaan orang tua
g) Alamat orang tua
2)
Riwayat penyakit kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita Ibu ketika
hamil dimasa lalu maupun sekarang agar tindakan medis yang diambul tepat dan
aman untuk bayi dan ibunya.
3)
Kebiasaan waktu hamil
Aktifitas yang dilakukan klien sewaktu hamil seperti makanan
dan minuman yang dikonsumsi, obat-obatan/jamu, kebiasaan merokok, dll.
4) Riwayat persalinan sekarang
a)
Jenis
persalinan : normal
/ SC / episiotomi
b)
Ditolong
oleh
: Dukun / Bidan / Dokter
c)
Lama persalinan
1.
Kala I
Dimulai
sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks mencapai pembukaan
lengkap (10 cm) dibagi menjadi :
a.
Ø Fase laten
-
Pembukaan serviks < 4 cm
-
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
-
Berlangsung ± 8 jam.
b. Ø Fase
aktif
-
Frekuensi dan lama kontraksi meningkat (kontraksi adekuat
jika terjadi > 8 x dalam waktu 10 menit dan berlangsung 40 detik)
-
Pembukaan serviks ³ 4 cm
Dibagi lagi menjadi :
-
F Periode akselerasi = Æ 3-4 cm
-
F Periode dilatasi max = Æ 4-9 cm
-
F Periode deselerasi = Æ 9-10 cm
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap
sampai lahirnya seluruh badan bayi.
-
Ketuban pecah spontan/amniotomi
-
Komplikasi persalinan
-
Untuk mengetahui keadaan abnormal pada bayi dan Ibu.
-
Keadaan BBL
Nilai Apgar Score, normal : 7-10
-
Resusitasi
Dilakukan jika bayi mengalami
kesulitan bernafas setelah 60 detik pasca persalinan.
b.
Data Obyektif
Adalah
data pengkajian yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan secara
langsung kepada pasien dengan tujuan untuk mengetahui keadaan pasiennya
sekarang.
1)
Pemeriksaan fisik
Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik klien, pemeriksaan
ini dilakukan secara “head to toe”
a)
Tanda-tanda vital
-
Keadaan umum : Baik
-
Suhu : normal 36 0C,
suhu rektal 36,5 – 37,8 0C
-
Pernafasan
: BBL bernafas tidak teratur dengan jumlah pernafasan 30-80 x/menit, dengan
rata-rata ±
40 x/menit
-
Nadi
: BBL frekuensinya 110-160 x/menit dan rata-rata ± 130 x/menit
-
BB sekarang : Bayi
aterm dengan BBL > 2500 gr
b)
Pemeriksaan fisik secara sistematis
Dilakukan
dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi
1. Kepala
-
Pemeriksaan kesimetrisan
-
Adanya kelainan cephal hematoma, caput succep daneum,
anenchepalus, hidrocepalus, meningokel.
-
Ubun-ubun
Periksa
aturannya
-
Sutura frontalis dextra + sinistro
-
Sutura corona (sel mahkota)
-
Sutura lamdoidea (sela lamda)
-
Sutura sagitolis (sela panah)
2.
Muka
Adanya
kelainan seperti tidak mengerutnya dahi/menutup mata sebelah, sudut bibir
tertarik ke satu sisi (paralysis wajah).
3. Mata
-
Periksa pupil, sclera, conjungtiva
-
Tanda-tanda inspeksi seperti pus
-
Telinga
-
Periksa kesimterisan dengan menarik garis antara telinga dan
mata bayi.
4. Hidung
-
Periksa adanya pernafasan cuping hidung
-
Periksa kesimetrisan hidung kanan dan kiri
-
Mulut
-
Periksa adanya labiopalatoskizis
-
Periksa bibir dan palatum
-
Refleks hisap dan menoleh dinilai dengan mengamati bayi pada
saat menyusu
5.
Leher
-
Periksa adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe.
6.
Dada
-
Periksa bentuk dada
-
Puting susu menonjol (pada ♀)
-
Dengarkan bunyi nafas dan jantung
7.
Tali pusat
-
Periksa penonjolan disekitar tali pusat pada saat bayi
menangis.
-
Adanya perdarahan tali pusat atau tidak
-
Tali pusat lembek pada saat bayi menangis
8.
Punggung
-
Periksa adanya spina bifida/meningokel
9.
Ekstrimitas
-
Periksa adanya kelainan pada bagian jari :
-
Mikro amelia : jari pendek-pendek
-
Polidaktili
: jumlah jari > 5
-
Amelia
: tidak punya jari
-
Sindaktili :
jari seperti bebek, antara satu dan yang lain disatukan dengan sebuah selaput
-
Andaktili
: jumlah jari < 5
-
Periksa adanya kelainan pada kaki
-
Pes varus : kaki mengarah kedalam, seperti huruf “O”
-
Pes valgus : kaki mengarah keluar, seperti huruf “X”
Refleks
a.
Refleks moro
Refleks memeluk, terjadi jika
menepuk tangan, bayi akan kaget yang ditandai dengan pergerakan tangan secara
spontan.
b.
Refleks rooting
Refleks menoleh dengan menyentuh
pipi bayi maka, bayi akan menoleh kesumber rangsangan.
c.
Refleks walking
Refleks berjalan, terjadi jika bayi
diletakkan diperut Ibu, maka bayi akan merangkak menuju puting susu Ibu (tanpa
digendong)
d.
Refleks graphs/planter
Refleks tangan menggenggam,
dilakukan dengan merangsang tangan bayi dengan jari kita, maka bayi akan
menggenggam jari tangan kita.
e.
Refleks sucking
Refleks menghisap, terlihat pada saat
bayi menyusu ibunya.
f.
Refleks tonickneck
Refleks
mengangkat kepala, secara spontan ketika bayi ditengkurapkan diatas perut Ibu
untuk menyusu.
10.
Antropometri
a. Lingkaran kepala dibagi :
-
SOB (Sub Occipito Bregmatica)
Pengukuran
mulai Sub Occipito – UUB, normalnya = 32 cm
-
FO (Fronto Occipito)
Pengukuran
mulai pangkal hidung-belakang kepala, normalnya = 34 cm
-
MO (Mento Occipito)
Pengukuran
mulai dagu-belakang kepala, normalnya = 35 cm
b. Lingkar dada
= normalnya 32 cm
c. Lila
= normalnya 6-9,5 cm
11.
Eliminasi
-
Miksi
: sudah keluar apa belum
-
Mekonium : sudah keluar apa belum
c. Assessment atau Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis / masalah berdasarkan data
subyektif dan data obyektif.
d. Planning
Menggabarkan
pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi dengan rasional, meliputi :
1. Terapi dan
asuhan
4. Kolaborasi
2. Pendidikan
kesehatan
5. Rujukan
3. Konseling
6. Tindak lanjut
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI Ny “L” UMUR 1 HARI DENGAN BBLR
DI RUANG MAWAR RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA
Tanggal : 29November 2013
Jam :
09.00 WIB
A. Data Subyektif
Nama
Bayi :
Bayi Ny “L”
Umur
: 1 hari
Tgl/jam/lahir :28November 2013/10.00WIB/normal (spontan belakang kepala)
Jenis
kelamin : Laki-laki
(♂)
Nama
: Ny “L” Nama
Suami : Tn “I”
Umur
: 29
tahun
Umur
: 30
tahun
Agama
:
Islam
Agama :
Islam
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan :
SLTP
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan
:
-
Pekerjaan : Swasta
Alamat
: Suka Maju Alamat
:Suka Maju
Anamnesa
Keluhan utama
Bayi
Ny “L” lahir secara normal dan tidak ada
keluhan. Tanggal :28-11-2013 Pukul : 10.00
WIB.
1. Riwayat penyakit ibu selama mengandung
a) Perdarahan :
tidak ada
b) Pre eklampsia :
tidak ada
c) Eklampsia : tidak ada
d) Penyakit kelamin : tidak ada
e) Lain-lain :
tidak ada
2. Kebiasaan ibu sewaktu mengandung
a) Makanan :
nasi, lauk pauk, sayuran, buah
b) Obat-obatan/jamu : tidak ada
c) Merokok :
tidak pernah
d) Minum alkohol :
tidak ada
e) Lain-lain :
tidak ada
3. Riwayat kelahiran bayi
a) Jenis persalinan : spontan
b) Ditolong oleh : bidan
c) Komplikasi persalinan
:
1) Ibu :
tidak ada
2) Bayi :
asfiksia
d) Keadaan bayi baru
lahir :
Nilai
apgar : menit 1 :7,
menit ke-5 : 8
Pengisapan
lendir : ya
Ambu : tidak
Massage
jantung : tidak
Intubasi
endotracheal : tidak
Oksigen : ya
Therapi : tidak
Rangsangan : ya
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Suhu
: 36,8
0C
Pernapasan
: 60 x/menit
HR
: 154
x/menit
BB
: 2250
gram
PB
: 49 cm
2. Pemeriksaan fisik secara sistematis
-
Kepala
: Simetris, rambut lurus pendek, tidak ada lesi, tidak ada caput.
-
Ubun-ubun :
Ubun-ubun besar dan kecil masih cekung
-
Muka
: Putih pucat
-
Mata
: Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
-
Telinga
: Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan
-
Kulit
: Merah, akral hangat, ada verniks caseosa, tidak ada
lanugo
-
Mulut
: Bibir Simetris, tidak sumbing, mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis, lidah merah muda
-
Hidung : Lubang
ada 2, tidak ada serosum, tidak ada pernafasan cuping hidung
-
Leher
: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
-
Dada
: Simetris kanan, kiri
-
Perut : Tidak kembung, tidak ada omfalokel
-
Tali pusat
: Tidak ada infeksi, basah, masih terbungkus kasa
-
Punggung
: Simetris, tidak ada benjolan dan lesi
-
Ekstrimitas :
Tangan : Simetris, jari lengkap
Kaki
: Simetris, jari kaki lengkap
-
Genetalia
: Bersih, testis sudah turun di skrotum,penis berlubang
-
Anus
: Berlubang
Refleks
Refleks
moro
: lemah
Refleks
rooting : lemah
Refleks
sucking : lemah
Refleks
graphs :
lemah
Refleks
tonik neck : lemah
Refleks
walking : lemah
·
Antropometri
Lingkar
kepala
SOB
: 31
cm
FO
: 32
cm
MO
: 33
cm
Lingkar
dada : 30 cm
Lingkarabdomen : 24
cm
LiLA : 7 cm
Eliminasi
Miksi
: Sudah keluar, warna jernih,
tgl 28November 2013,
pukul : 10.25 WIB.
Mekonium : Sudah keluar, warna hijau kehitaman,
tgl 28November2013,
pukul
:11.05 WIB.
C. Assessment / Diagnosis
Neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan usia 1 hari dengan BBLR
D. Planning
1.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi à sudah dilakukan.
2.
Mengobservasi keadaan umum, kesadaran, TTV, intake
parenteral, saturasi setiap jam à hasil pemeriksaan bayi dicatat dalam lembar observasi.
3.
Mengobservasi pola eliminasi atau cairan keluar / ganti popok setiap 3
jam à hasil pemeriksaan bayi dicatat
dalam lembar observasi.
4.
Memberikan ASI melalui NGT sebanyak 8 x 1 cc àASI sudah diberikan.
5.
Menjaga kehangatan bayi àbayi sudah dibedong dan diletakkan di bawah sinar lampu.
6.
Memposisikan kepala bayi ekstensi dan menengadahkan kepala
bayiuntuk melonggarkan jalan napas à bayi sudah diposisikan sesuai
kebutuhan.
7.
Menganjurkan ibu untuk melakukan metode kangguru pada bayinya setelah keadaan
bayi stabil à ibu mengerti dan berjanji akan melakukan metode kangguru pada bayinya.
8.
Menerapkan minimal handling à sudah diterapkan.
9.
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lanjut à kolaborasi telah dilakukan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada
BAB ini penulis akan membahas masalah – masalah yang terjadi pada by.L
usia 1 hari. Penulis melaksanakan asuhan kebidanan kepada by.L pada tanggal 29 November 2013di ruang NICU RSUD
dr. Moewardi Surakarta.Semuanya dikaitkan dengan teori yang dibahas dalam
tinjauan pustaka.
Pada
kasus ini, by.L didiagosa sebagai bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
sesuai dengan teori Wiknjosastro tahun 2006 yang menyebutkan bahwa BBLR kondisi
dimana berat bayi saat dilahirkan tidak mencapai 2,5 kg (2500 gram) tanpa memandang usia
kehamilan karena berat
badan lahir by.L sebesar 2250gram. Kasus by.L ini disebabkan karena
kehamilan premature yang umumnya menyebabkan adanya pertumbuhan janin
yang kurang sehingga mengalami BBLR sesuai degan teori yang ada,
semuanya saling berhubungan.
Dari
ciri-ciri yang biasa ditemukan pada bayi BBLR pada teori yang telah
dikemukakan terdapat
beberapa ciri-ciri yang sama yaitu kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan
telinga sangat lunak atau belum terbentuk, pada bayi laki-laki skrotum belum banyak
lipatan, pernafasan
tidak teratur, aktivitas dan tangisannya lemah, daya hisap dan menelan masih
lemah, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala <
33 cm.
Untuk penanganan kasus
by.L dengan BBLR
ini sudah terhitung tepat, yaitu dengan memperhatikan hal-hal seperti mempertahankan
suhu dengan ketat, suhu inkubator yang digunakan 34°C untuk memberikan kehangatan
pada by.L, mencegah infeksi dengan ketat salah satuya juga
dengan cara minimal handling, pengawasan nutrisi / ASI sesuai instruksi dokter
diberikan 8 x 1 cc, dan penimbangan ketat dilakukan setiap
minggunya.
Salah
satu cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian BBLR adalah dengan Perawatan
Metode Kangguru (PMK) yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan
bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit
ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Syarat PMK adalah bayi BBLR
yang stabil.Pada by.L metode kangguru belum dapat dilakukan karena keadaan
bayi belum stabil.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bayi baru
lahir dapat dibagi menjadi dua yaitu bayi normal (sehat) yang memerlukan perawatan
biasa dan bayi gawat (high risk baby) yaitu yang memerlukan penanggulangan
khusus.
Dinilai
dari landasan teori dalam kasus ini telah diuraikan bahwa bayi BBLR adalah bayi
baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram.Disebutkan pula bahwa BBLR sangat
rentan terhadap hipotermi dan infeksi, dari kasus yang telah diikaji dan telah
dilakukan penatalaksanaan yang adekuat ternyata tidak jauh berbeda dengan teori
yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari
2500 gram, tetapi dari kasus bayi Ny “L” tidak menderita hipotermi ataupun infeksi karena tenaga
kesehatan/Bidan melakukan pemantauan ketat pada bayi dan juga telah dilakukan
penanganan pada BBLR dengan baik. Tenaga kesehatan (Bidan) juga telah menangani bayi sesuai
dengan yang telah dijelaskan pada teori yaitu mempertahankan suhu tubuh bayi,
mencegah infeksi, pengawasan nutrisi/ASI eksklusif dan penimbangan BB bayi
dengan ketat.
B.
Saran
1.
Petugas Kesehatan (Bidan)
a.
Bidan yang profesional harus mampu mengambil tindakan cepat
jika ada masalah yang muncul.
b.
Mampu memberikan nasehat-nasehat apa yang harus dilakukan
pasien dalam menghadapi masalah kebidanan.
2.
Bagi Institusi Pendidikan
a.
Sebagai acuan dalam memberikan materi/mata ajar untuk
Mahasiswa.
b.
Sebagai masukan terhadap kemungkinan adanya kekurangan dalam
pembelajaran kepada Mahasiswa.
3.
Bagi Mahasiswa
a.
Sebagai acuan atau perbandingan yang harus dipelajari dan
diteliti kembali.
b.
Diharapkan dengan adanya Asuhan Kebidanan ini Mahasiswa
mampu merealisasikan dalam praktek
dilapangan
|
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes
RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kemenkes RI
Mansjoer,
Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta :
Media Aesculapius FK UI
Manuaba,
Ida Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan PraktisPelayanan
Kontrasepsi. Jakarta :
YBPSP
Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Panduan PraktisPelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP
Saifuddin, Abdul Bari. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta
: YBPSP
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta
: YBPSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar