BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Muntah
pada bayi dan anak merupakan gejala yang sering ditemukan dan seringkali
merupakan gejala awal dari berbagai macam penyakit infeksi, misalnya
faringitis, otitis media, pneumonia, infeksi saluran kencing, bila disertai
adanya gejala panas badan. Muntah dapat juga merupakan gejala awal dari
berbagai macam kelainan seperti peningkatan tekanan intrakranial. Muntah secara
klinis merupakan hal penting sebab muntah yang berkepanjangan atau persisten
akan mengakibatkan gangguan metabolisme.
Muntah
pada anak merupakan keadaan yang cukup merisaukan orang tua dan mendorong
mereka sesegera mungkin mencari pertolongan untuk mengatasinya. Secara medis
muntah dapat merupakan manifestasi berbagai penyakit yang berbahaya, baik
gastrointestinal maupun di luar gastrointestinal, juga dapat menimbulkan
berbagai akibat yang serius seperti perdarahan lambung, dehidrasi, gangguan
ingesti makanan, gangguan keseimbangan elektrolit seperti hipokalemia,
hiponatremia, alkalosis dan hipokloremia, gagal tumbuh kembang dan bila muntah
terus berulang dapat menimbulkan komplikasi Mallory-Weiss tear of the
gastro-esophageal epithelial junction dan robekan esophagus (sindroma
Boerhave).
Muntah
harus dibedakan dari posseting, ruminasi, regurgitasi dan refluks
gastroesofageal. Muntah berulang atau muntah siklik juga sering dipengaruhi
oleh faktor psikologis dan biasanya didahului oleh faktor yang menggelisahkan
atau menggembirakan yang berlebihan, misalnya saat marah, sesudah dihukum di
sekolah, saat hari libur, pesta ulang tahun, dan sebagainya.Muntah adalah
keadaan yang kompleks, terkoodinir di bawah kontrol syaraf dan yang terpenting
adalah mengetahui keadaan muntah yang bagaimana yang memerlukan penilaian dan
pemeriksaan yang seksama.Muntah akut merupakan gejala yang sering terjadi pada
kasus abdomen akut dan infeksi intra maupun ekstra gastrointestinal.
Berlainan
dengan muntah akut, muntah kronis atau berulang sering merupakan faktor yang
penting dari gambaran klinik suatu penyakit. Karena penyakit yang mendasari
muntah kronik atau berulang sering tidak jelas, maka muntah kronik atau
berulang sering disebut unexplained chronic vomiting.
Pada
bayi kecil dan sangat muda atau mengalami keterlambatan mental, muntah dapat
membahayakan karena terjadinya aspirasi, oleh karena adanya koordinasi
neuromuskuler yang belum sempurna.Untuk mencegah hal tersebut posisi bayi dapat
dimiringkan atau tengkurap dan bukannya terlentang.Umur merupakan hal penting
yang berkaitan dengan muntah.Pada periode neonatal terjadinya spitting atau
regurgitasi sejumlah kecil isi lambung masih dalam batas kewajaran dan bukan
merupakan keadaan yang patologis di mana masih terjadi kenaikan berat yang
normal.
1.2
Batasan Masalah
Referat
ini membahas mengenai patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan muntah pada
bayi dan anak.
1.2 Tujuan
Penulisan
Mengetahui
patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak.
1.3 Metode Penulisan
Referat
ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
II.1 Definisi
Muntah adalah pengeluaran isi lambung
secara paksa melalui mulut disertai kontraksi lambung dan abdomen. Pada anak
biasanya sulit untuk mendiskripsikan mual, mereka lebih sering
mengeluhkan sakit perut atau keluhan umum lainnya. Muntah merupakan suatu cara
di mana traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya
ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secara luas,
sangat mengembang atau bahkan sangat terangsang. Kejadian ini biasanya disertai
dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi, sekresi, meningkatnya aliran
darah ke mukosa intestinal, hipersalivasi, keringat dingin, detak jantung
meningkat dan perubahan irama pernafasan. Refluks duodenogastrik dapat terjadi
selama periode nausea yang disertai peristaltik retrograde dari duodenum ke
arah antrum lambung atau secara bersamaan terjadi kontraksi antrum dan
duodenum. Muntah timbul bila persarafan atau otak menerima satu atau lebih
pencetus seperti keracunan makanan, infeksi pada gastrointestinal, efek samping
obat, atau perjalanan.Mual biasanya dapat timbul sebelum muntah.
II.2 Etiologi
Pembahasan etiologi muntah pada bayi
dan anak berdasarkan usia adalah sebagai berikut.
II. 2. 1 Usia 0 – 2 Bulan :
1. Kolitis Alergika
Alergi terhadap susu sapi atau susu
formula berbahan dasar kedelai. Biasanya diikuti dengan diare, perdarahan
rektum, dan rewel.
2. Kelainan
anatomis dari saluran gastrointestinal
Kelainan
kongenital, termasuk stenosis atau atresia.Manifestasinya berupa intoleransi
terhadap makanan pada beberapa hari pertama kehidupan.
3. Refluks
Esofageal
Regurgitasi
yang sering terjadi segera setelah pemberian susu. Sangat sering terjadi pada
neonatus; secara klinis penting bila keadaan ini menyebabkan gagal tumbuh
kembang, apneu, atau bronkospasme.
4. Peningkatan
tekanan intrakranial
Rewel
atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma lahir dan shaken baby
syndrome.
5. Malrotasi dengan volvulus
80%
dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan, kebanyakan disertai
emesis biliaris.
6. Ileus
meconium
Inspissated meconium pada kolon distal;
dapat dipikirkan diagnosis cystic fibrosis.
7. Necrotizing
Enterocolitis
Sering
terjadi khususnya pada bayi prematur terutama jika mengalami hipoksia saat
lahir.Dapat disertai dengan iritabilitas atau rewel, distensi abdomen dan
hematokezia.
8. Overfeeding
Regurgitasi
dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering pada bayi dengan kelebihan
berat badan yang diberi air susu secara berlebihan.
9. Stenosis
pylorus
Puncaknya
pada usia 3-6 minggu kehidupan. Rasio laki-laki banding wanita adalah 5:1 dan
keadaan ini sering terjadi pada anak laki-laki pertama. Manifestasi klinisnya
secara progresif akan semakin memburuk, proyektil, dan emesis nonbiliaris.
II. 2. 2 Usia 2 bulan-5 tahun.
1. Tumor otak
Pikirkan
terutama jika ditemukan sakit kepala yang progresif, muntah-muntah, ataksia,
dan tanpa nyeri perut.
2. Ketoasidosis
diabetikum
Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat
polidipsi, poliuri dan polifagi.
3. Korpus
alienum
Dihubungkan
dengan kejadian tersedak berulang, batuk terjadi tiba-tiba atau air liur yang
menetes.
4. Gastroenteritis
Sangat
sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan orang yang sakit, biasanya
diikuti oleh diare dan demam.
5. Trauma
kepala
Muntah
sering atau progresif menandakan konkusi atau perdarahan intrakranial.
6. Hernia
inkarserasi
Onset
dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skrotum yang terjadi tiba-tiba.
7. Intussusepsi
Puncaknya
terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang mengalami diare atau demam
dibandingkan dengan anak yang mengidap gastroenteritis.
8. Posttusive
Seringkali,
anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau batuk yang dipaksakan.
9. Pielonefritis
Demam
tinggi, tampak sakit, disuria atau polakisuria.Pasien mungkin mempunyai riwayat
infeksi traktus urinarius sebelumnya.
II. 2. 3 Usia 6 tahun ke atas.
1. Adhesi
Terutama setelah operasi abdominal atau
peritonitis.
2. Appendisitis
Manifestasi
klinis dan lokasi nyeri bervariasi.Gejala sering terjadi termasuk nyeri yang
semakin meningkat, menjalar ke kuadran kanan bawah, muntah didahului oleh
nyeri, anoreksia, demam subfebril, dan konstipasi.
3. Kolesistitis
Lebih
sering terjadi pada perempuan, terutama dengan penyakit hemolitik (contohnya,
anemia sel sabit).Ditandai dengan nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas
yang terjadi secara tiba-tiba setelah makan.
4. Hepatitis
Terutama
disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien mungkin mempunyai
riwayat buang air besar berwarna seperti dempul atau urin berwarna seperti teh
pekat.
5. Inflammatory
bowel disease
Berkaitan
dengan diare, hematokezia, dan nyeri perut.Striktura bisa menyebabkan
terjadinya obstruksi.
6. Intoksikasi
Lebih
sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan remaja.Dicurigai jika
mempunyai riwayat depresi.Bisa juga disertai oleh gangguan status mental.
7. Migrain
Nyeri
kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum serangan seperti
skotoma.Pasien mungkin mempunyai riwayat nyeri kepala kronis atau riwayat
keluarga dengan migrain.
8. Pankreatitis
Faktor
resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi sebelumnya atau
sedang infeksi, penggunaan kortikosteroid, alkohol dan kolelitiasis.
9. Ulkus
peptikum
Pada
remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik atau berulang, sering
memburuk pada waktu malam.
II. 3 Patofisiologi
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan
suatu keuntungan karena memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung.Muntah
terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah yang berasal dari,
gastrointestinal, vestibulo okular, aferen kortikal yang lebih tinggi, menuju
CVC kemudian dimulai nausea, retching, ekpulsi isi lambung.
Ada 2 regio anatomi di medulla yang
mengontrol muntah, 1) chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan 2) central vomiting
centre (CVC).CTZ terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV
di luar blood brain barrier (sawar otak).Koordinasi pusat muntah dapat
dirangsang melalui berbagai jaras.Muntah dapat terjadi karena tekanan
psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan sistem limbik menuju pusat
muntah (CVC) dan jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim
vestibuloserebelum dari labirin di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia
melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme ini
menjadi target dari banyak obat anti emetik.Nervus vagus dan visera merupakan
jaras keempat yang menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna dan
pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade
ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya muntah.
Pencegahan muntah mungkin dapat melalui
mekanisme ini.
Stimulasi terhadap pusat muntah :
1. Stimulasi pada reseptor suprameduler
Stimulasi terhadap pusat muntah :
1. Stimulasi pada reseptor suprameduler
- Muntah psikogenik
- Peningkatan
tekanan intrakranial (efusi subdural atau hematoma, edema otak, atau tumor,
hidrosefalus, meningoensefalitis, sindroma Reye)
- Valvulus
(migrain, hipertensi)
- Kejang
-
Penyakit vestibuler,
‘motion sickness’
2. Stimulasi pada ‘Chemoreceptor Trigger Zone’
- Obat-obatan
: opiat, ipecac, digoksin, antikonvulsan
- Toksin
- Produk metabolisme :
- Toksin
- Produk metabolisme :
v Asidemia,
ketonemia, (diabetik ketoasidosis, lactic asidosis, fenilketonuria, renal
tubular asidosis)
v Aminoasidemia
(tirosinemia, hipervalinemia, lisinuria, ‘maple syrup urine’)
v Asidemia
organis (asidemia metilmalonik, asidemia propionik, asidemia isovalerik)
v Hiperamonemia
(sindroma Reye, defek siklus urea)
v Lain-lain
(intoleransi fruktosa herediter, galaktosemia, kelainan oksidasi asam lemak,
diabetes insipidus, insufisiensi adrenal, hiperkalsemia, hipervitaminosis A)
3. Stimulasi
pada reseptor perifer gastrointestinalis atau obstruksi traktus
gastrointestinalis atau keduanya
- Faringeal : refleks menelan (sekret
sinusitis, ‘self induced rumination’)
- Esofageal :
v Fungsional : refluks, akhalasia,
lain-lain, dismotilitas esophageal
v
Struktural :
striktura, cincin, atresia dll.
-
Gastrik
v
Ulkus peptikum, infeksi,
dismotolitas/gastroparesis
v
Obstruksi (benzoar,
stenosis piloris, penyakit granulomatosus kronik)
Pada manusia muntah terdiri dari 3
aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching dan pengeluaran isi lambung.CTZ
mengandung reseptor untuk bermacam-macam sinyal neuroaktif yang menyebabkan
muntah.Reseptor di CTZ diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik di dalam sirkulasi
darah atau di cairan serebrospinal (CSF).Reseptor untuk dopamin titik tangkap
kerja dari apomorfin, asetilkolin, vasopresin, enkefalin, angiotensin, insulin,
endorfin, substansi P, dan mediator-mediator lain Stimulator oleh teofilin
dapat menghambat aktivitas proemetik dari bahan neuropeptik tersebut.
Eferen dari CTZ dikirim ke CVC,
selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui spangnik vagus
eferen.CVC terletak di traktus nukleus solitarius dan di sekitar formasio
retikularis medula tepat di bawah CTZ.
Muntah sebagai respons terhadap
iritasi gastrointestinal, radiasi abdomen, dilatasi gastrointestinal adalah
kerja dari signal aferen nervus vagus ke pusat muntah yang dipicu oleh
pelepasan lokal mediator inflamasi dari mukosa yang rusak, dengan pelepasan
sekunder neurotransmiter.Eksitasi paling penting adalah serotonin dari sel
enterokromafin mukosa. Pada motion sickness diketahui bahwa gerakan perubahan
arah tubuh yang cepat menyebabkan orang tertentu muntah, signal aferen ke pusat
muntah berasal dari reseptor di labirin dan impuls ditransmisikan terutama melalui
inti vestibular ke dalam serebelum, kemudian ke zona pencetus kemoreseptor, dan
akhirnya ke pusat muntah.
Berbagai rangsangan psikis, termasuk
gambaran yang memuakkan, dan faktor psikologi lain dapat menyebabkan muntah
melalui jaras kortek serebri dan sistem limbik menuju pusat muntah. Selain itu,
gejala gastrointestinal meliputi peristaltik, salivasi, takipnea, takikardi.
Terdapat tiga fase muntah, yaitu fase prodromal (fase pre-ejeksi), fase ejeksi dengan retching dan muntah dan fase post ejeksi.
Terdapat tiga fase muntah, yaitu fase prodromal (fase pre-ejeksi), fase ejeksi dengan retching dan muntah dan fase post ejeksi.
1.
Fase pre-ejeksi
Fase
ini biasanya berlangsung sebentar, ditandai dengan mual dan dihubungkan dengan
peningkatan kadar vasopressin plasma (ADH), kadang-kadang kenaikan ini melebihi
tingkat vasopressin yang dibutuhkan dalam kerjanya sebagai antidiuretik dan mengganggu
aktifitas mioelektrisitas di antrum gaster sehingga terjadi takigastria. Awal
dari retching menyebabkan kontraksi retrograde yang kuat dimulai dari usus
halus bagian bawah membawa isi dari usus halus kembali ke lambung. Pada tahap
awal dari iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan,
antiperistaltis mulai terjadi, sering beberapa menit sebelum muntah terjadi.
Antiperistaltis dapat dimulai sampai sejauh ileum di traktus intestinal, dan
gelombang antiperistaltik bergerak mundur, naik ke usus halus dengan kecepatan
2-3cm/detik; proses ini dapat mendorong sebagian isi usus kembali ke duodenum,
menjadi sangat meregang. Peregangan ini menjadi faktor pencetus yang
menimbulkan tindakan muntah yang sebenarnya. Sistem saraf otonom teraktivasi sehingga
terjadi takikardi, vasokonstriksi dan berkeringat dingin. Sistem saraf vagus
membuat traktus intestinal bagian atas menjadi relaksasi dan memicu salivasi.
2.
Fase ejeksi
Retching
biasanya mendahului muntah.Fungsi dari retching masih belum diketahui.Muntah
merupakan gabungan dari kontraksi ritmik yang terkoordinasi dari diafragma,
otot-otot interkostalis eksterna dan otot abdomen memeras lambung dan
mengeluarkan isi lambung.
Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi baik pada duodenum maupun lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus bagian bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke dalam esophagus.Setelah itu terjadi kerja muntah spesifik yang melibatkan otot-otot abdomen mengambil alih dan mendorong muntahan ke luar.
Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi baik pada duodenum maupun lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus bagian bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke dalam esophagus.Setelah itu terjadi kerja muntah spesifik yang melibatkan otot-otot abdomen mengambil alih dan mendorong muntahan ke luar.
Sekali
pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul perilaku muntah, efek yang
pertama adalah (1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan faring untuk
menarik sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka, (3) penutupan glotis, dan
(4) pengangkatan palatum mole untuk menutupi nares posterior. Kemudian datang
kontraksi yang kuat ke bawah diafragma bersama dengan rangsangan kontraksi
semua otot dinding abdomen.Keadaan ini memeras perut di antara diafragma dan
otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragastrik sampai ke batas yang
tinggi.Akhirnya sfingter esophagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap,
membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui esophagus.Jadi kerja muntah
berasal dari suatu kerja memeras otot-otot abdomen bersama dengan pembukaan
sfingter esophagus secara tiba-tiba sehingga isi lambung dapat dikeluarkan.
3.
Fase Post-ejeksi
Fase
post ejeksi belum seluruhnya dimengerti, bagaimana fungsi normal tubuh kembali
lagi sepenuhnya setelah mengalami muntah dan kapan muntah pertama akandiikuti
muntah lainnya lagi.
II. 4 Evaluasi
Klinis
II. 4. 1 Evaluasi klinis muntah pada neonates
a. Muntah
bilier
Dapat terjadi pada semua umur,
menandakan obstruksi intestinal atau infeksi sistemik. Abnormalitas dari
anatomi traktus gastrointestinal yang tampak pada minggu pertama kehidupan
dengan muntah bilier dan distensi abdomen termasuk di dalamnya malrotasi,
volvulus, atresia usus, sumbatan mekonium, hernia inkarserata dan
agangliogenesis (Penyakit Hirscprung)
b. Necrotizing
Enterocolitis (NEC)
Necrotizing Enterocolitis merupakan
kejadian inflamasi traktus intestinal paling sering pada neonatus.Gejala dari
NEC adalah distensi abdomen, muntah bilier dan adanya darah pada tinja.Bayi
baru lahir dengan NEC dapat juga menunjukan gejala infeksi sistemik
nonspesifik, seperti letargi, apneu, suhu tidak stabil dan syok. Necrotizing
Enterocolitis terutama ditemui pada bayi preterm dan NEC juga mempengaruhi 10%
bayi yang lahir aterm.
c. Kelainan
Metabolik
Inborn Errors of Metabolism harus
diwaspadai akan adanya penyakit neonatus akut. Beberapa faktor yang menyebabkan
cenderung terjadinya NEC.Keadaan terkait lainnya, termasuk letargi, hipotonia
dan kejang.
d. Kelainan
Neurologis
Abnormalitas susunan saraf pusat, seperti
perdarahan intrakranial, hidrosefalus dan edem serebri, harus dicurigai pada
neonatus dengan defisit neurologis, peningkatan lingkar kepala yang cepat dan
penurunan hematokrit yang tidak dapat dijelaskan.
II. 4. 2 Evaluasi klinis muntah pada bayi
a. Stenosis
pylorus
Stenosis pilorus merupakan pertimbangan
utama etiologi muntah pada bayi.Hipertrofi pilorus menyebabkan obstruksi
pengeluaran cairan gaster di kanal pilorus.Lima persen bayi dengan orangtua
yang mengalami stenosis pilorus, mengalami kelainan ini.Laki-laki lebih
dipengaruhi dibanding wanita. Gejala stenosis pylorus dimulai pada umur dua
hingga tiga minggu, namun dapat terjadi pada rentang waktu sejak lahir hingga
usia lima bulan. Massa berukuran zaitun, dapat teraba di kuadran kanan atas.
b. Refluks
gastroesofageal (GER)
GER merupakan kelainan gastroesofageal
yang paling sering terjadi di masa bayi.Kelainan ini disebabkan oleh fungsi
sfingter esofageal bagian bawah (Lower Esophageal Sfingter atau LES) yang belum
matur pada bayi. Pada GER ditemui relaksasi sementara dari sfingter esofagus
bagian bawah yang terjadi secara tiba-tiba, berlangsung singkat, dimana terjadi
pergerakan retrograde isi lambung ke dalam esofagus. GER mewakili fenomena
fisiologis yang sering dijumpai pada tahun pertama kehidupan. Sebanyak 60-70%
bayi mengalami muntah setelah 24 jam menyusu, hal ini berlangsung hingga usia
3-4 bulan.
Refluks gastroesofageal dapat menjadi
patologis jika gejala menetap lebih dari 18-24 bulan dan atau ditemukannya
komplikasi yang signifikan seperti gangguan tumbuh kembang, episode rekuren
dari bronkospasme dan pneumonia, apneu atau refluks esofagitis.
Selama beberapa tahun, GER pada bayi
dan anak diduga timbul akibat tidak adanya tonus pada LES (Lower Esophageal
Sfingter), namun banyak penelitian terkini menunjukkan bahwa tekanan pada LES
pada kebanyakan pasien anak adalah normal, bahkan pada bayi preterm.
Mekanisme mayor yang terjadi pada bayi
dan anak kini telah dibuktikan akibat adanya transien LES relazation.Beberapa
faktor yang memicu terjadinya GER adalah peningkatan volume cairan intragastrik
dan posisi telentang.GER dapat juga dipicu oleh penurunan viskositas cairan
diet pada bayi dibandingkan dengan makanan dewasa yang lebih padat.
Dibandingkan dengan dewasa, bayi lebih mudah terkena GER karena perbedaan daya kembang lambung dan waktu pengosongan lambung yang lebih lambat.
Dibandingkan dengan dewasa, bayi lebih mudah terkena GER karena perbedaan daya kembang lambung dan waktu pengosongan lambung yang lebih lambat.
c. Alergi
pada gastrointestinal
Alergi susu sapi sangat jarang ditemui
pada bayi dan masa awal kanak-kanak. Umumnya terjadi pada umur 2-3 tahun.
Pada alergi ini dapat terjadi muntah, diare, kolik dan kehilangan darah.
II. 4. 3 Evaluasi klinis dari muntah pada anak-anak
a. Ulkus
peptikum pada anak lebih muda sering dikaitkan dengan muntah.
Ulkus
peptikum harus dicurigai jika terdapat riwayat ulkus pada keluarga atau jika
terdapat hematemesis atau anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan
atau nyeri yang sering membangunkan pasien dari tidurnya.
b. Pankreatitisn
i.
Pankreatitis relatif
jarang menyebabkan muntah, namun seharusnya dipertimbangkan pada pasien yang
pernah mengalami trauma abdomen. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri epigastrium
yang dapat menjalar ke punggung bagian tengah.
ii. Faktor
predisposisi lainnya termasuk penyakit virus (gondongan), obat (steroid,
azatioprin), anomali kongenital traktus bilier atau traktus pankreatikus,
kolelitiasis, hipertrigliseridemia dan riwayat pankreatitis pada keluarga.
c. Gangguan
sistem saraf pusat
Muntah
persisten tanpa adanya keluhan sistemik atau keluhan gastrointestinal lainnya
menandakan adanya tumor intrakranial atau peningkatan tekanan
intrakranial.Penemuan gejala neurologis yang kurang jelas seperti ataksia,
harus ditatalaksana dan dilakukan pemeriksaan neurologis dengan cermat.
II.
5 Diagnosis
II. 5. 1 Anamnesis
Sifat
dan ciri muntah akan membantu mengetahui penyebab muntah. Muntah proyektil
dapat dikaitkan dengan adanya obstruksi gastrointestinal atau tekanan
intrakranial yang meningkat.Muntah persisten pada neonatus dapat dicurigai ke
arah kelainan metabolik bawaan ditambah dengan adanya riwayat kematian yang
tidak jelas pada saudaranya dan multipel abortus spontan pada ibunya.
Bahan
muntahan dalam bentuk apa yang dimakan menunjukkan bahwa makanan belum sampai
di lambung dan belum dicerna oleh asam lambung berarti penyebab muntahnya di
esofagus. Muntah yang mengandung gumpalan susu yang tidak berwarna coklat atau
kehijauan mencerminkan bahwa bahan muntahan berasal dari lambung. Muntah yang
berwarna kehijauan menunjukkan bahan muntahan berasal dari duodenum di mana
terjadi obstruksi di bawah ampula vateri.Bahan muntahan berwarna merah atau
kehitaman (coffee ground vomiting) menunjukkan adanya lesi di mukosa
lambung.Muntah yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan robekan pada mukosa
daerah sfingter bagian bawah esofagus yang menyebabkan muntah berwarna merah
kehitaman (Mallory Weiss syndrome).Adanya erosi atau ulkus pada lambung
menyebabkan muntah berwarna hitam, kecoklatan, atau bahkan merah karena darah
belum tercerna sempurna. Pada periode neonatal darah ibu yang tertelan oleh
bayi pada waktu persalinan atau puting susu ibu yang luka akibat sedotan mulut
bayi, warna muntah juga berwarna kecoklatan, dapat dibedakan antara darah ibu
dan bayi dengan Apt test (alkali denaturation test). Muntah fekal menunjukan
adanya peritonitis atau obstruksi intestinal.
Jenis
dan jumlah makanan atau minuman sebelum muntah (ASI atau susu formula, makanan
atau minuman lainnya), kehilangan berat badan, miksi terakhir dan perubahan
perilaku harus dicermati. Poin penting lainnya adalah apakah ada riwayat alergi
atau intoleran makanan dan pengobatan sebelumnya, apakah anak mengalami gejala
lain seperti nyeri kepala, diare atau letargi. Perlu juga ditanyakan kondisi
medis anak sebelumnya, riwayat pembedahan, riwayat bepergian ke negara
berkembang dan sumber air minum dan apakah anak sebelumnya mengkonsumsi makanan
yang mungkin telah tercemar.
Kelainan
anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada
periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab
muntah lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur.Intoleransi makanan,
perilaku menolak makanan dengan atau tanpa muntah sering merupakan gejala dari
penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, atau kelainan neuromotorik.
II. 5. 2 Pemeriksaan fisik
• Tanda-tanda
dehidrasi yaitu ubun-ubun yang cekung, turgor kulit kembali lambat/sangat
lambat, mulut kering, air mata yang kering,berkurangnya frekuensi miksi (kurang
dari satu popok basah dalam enam jam pada bayi) atau anak dengan denyut jantung
cepat (bervariasi, tergantung umur anak) sehingga dapat dinilai derajat
dehidrasi untuk penatalaksanaan selanjutnya.
• Iritasi
peritonium dicurigai pada anak yang menahan sakit dengan posisi memeluk lutut,
perlu diperiksa adanya distensi, darm countour dan darm steifung, peningkatan
serta bising usus.
• Teraba
massa, organomegali, perut yang lunak atau tegang harus diperhatikan dan
diperiksa dengan seksama. Pada pilorus hipertrofi akan teraba massa pada
kuadran kanan atas perut.
• Intususepsi
biasanya ditandai dengan perut yang lunak, masa berbentuk sosis pada kuadran
kanan atas dan ada bahagian yang kosong pada kuadran kanan bawah (Dance sign)
• Rectal
toucher, penurunan tonus sfingter ani, dan feses yang keras dengan jumlah yang
banyak pada ampula menandakan adanya impaksi fekal. Konstipasi akan
meningkatkan tonus sfingter ani, dan ampula yang kosong menandakan Hirschsprung
disease.
II.
5. 3 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan
laboratorium
•
Darah lengkap
•
Elektrolit serum pada
bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
•
Urinalisis, kultur
urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan
saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
•
Asam amino plasma dan
asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya penyakit metabolik yang
ditandai dengan asidosis metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya.
•
Amonia serum perlu
diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus
urea.
•
Faal hepar, amonia
serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila dicurigai ke arah penyakit
hati.
•
Amilase serum
biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar lipase serum lebih
bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa hari setelah serangan
akut.
•
Feses lengkap, darah
samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis atau infeksi
parasit.
b.
Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium meal.
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium meal.
c.
Foto polos abdomen
•
Posisi supine dan
left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi anatomik
kongenital atau adanya obstruksi.
•
Gambaran air-fluid
levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik karena dapat
ditemukan pada gastroenteritis
•
Gambaran udara bebas
pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma menandakan adanya perforasi.
d.
Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang
nonionik, iso-osmolar, serta larut air.Dilakukan bila curiga adanya kelainan
anatomis dan atau keadaan yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
e.
Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian
bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi.
II.
6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding muntah berdasarkan
gejala yang hampir sama adalah sebagai berikut:
1.
Posseting
Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis
makan, biasanya meleleh keluar dari mulut. Sering didahului oleh bersendawa,
tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya.
2.
Ruminasi (Rumination,
merycism)
Merupakan suatu kebiasaan abnormal,
mengeluarkan isi lambung, mengunyahnya dan kemudian menelannya kembali.Kadang-kadang
dirangsang secara sadar dengan mengorek faring dengan jari, tidak
berbahaya.Kebiasaan ini sulit dihilangkan, memerlukan bimbingan
psikologik/psikoterapi yang intensif.
3.
Regurgitasi
Disebabkan oleh inkompetens sfingter
kardioesofageal dan/atau memanjangnya waktu pengosongan isi lambung.Dapat
mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi traktus respiratorius berulang
akibat aspirasi.Bisa juga sebagai salah satu penyebab sudden infant death
syndrome. Sebagian besar akan menghilang sendiri dengan bertambahnya umur bayi.
4.
Refluks
gastroesofageal (RGE)
RGE adalah keluarnya isi lambung ke
dalam esophagus.Keadaan ini mungkin normal atau dapat pula abnormal.Setaip
refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah, tetapi setiap
regurgitasi pasti disertai refluks.
II. 7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi
dan gangguan elektrolit.Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat
rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada
muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah
dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube
yang dihubungkan dengan intermittent suction.Pada keadaan ini memerlukan
konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi.Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan.Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi.Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan.Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a.
Antagonis dopamine
Tidak
diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya
merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah
pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal.Contohnya Metoklopramid dengan
dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari.Pasca operasi 0.25
mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu.Dosis maksimal pada bayi 0.75
mg/kgBB/hari.Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena
mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta
krisis okulonergik.
Domperidon
adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat dikatakan
lebih aman.Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro
merupakan antagonis dopamine.Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan
efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
b.
Antagonisme terhadap
histamine (AH1)
Diphenhydramine
dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin.Golongan
etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1)
lainnya.Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion
sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
c.
Prokloperazin dan
Klorpromerazin
Merupakan
derivate fenotiazin.Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh
rangsangan pada CTZ.Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin
untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya
boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari
tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d.
Antikolinergik
Skopolamine
dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau
stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per
dosis.
e.
5-HT3 antagonis
serotonin
Yang
sering digunakan adalah Ondanasetron.Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan
dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema
otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.Ondansentron tidak
efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat
kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan,
diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk
1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV;
>12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.
II. 8 Komplikasi
a.
Komplikasi metabolik
:
Dehidrasi,
alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa, deplesi kalium,
natrium.Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat muntah
atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah.Alkalosis sebagai akibat
dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke
dalam sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium
ekstraseluler.Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat
ginjal bersama-sama bikarbonat.Natrium dapat hilang lewat muntah dan urine.
Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan
kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium.
b.
Gagal Tumbuh Kembang
Muntah
berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake menjadi sangat
berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi kegagalan
tumbuh kembang.
c.
Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi
bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia.Episode aspirasi ringan berulang
menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang.Hal ini terjadi sebagai
konsekuensi GERD.
d.
Mallory Weiss syndrome
Merupakan
laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung.Biasanya terjadi
pada muntah hebat berlangsung lama.Pada pemeriksaan endoskopi ditemukan
kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah daerah LES. Dalam waktu singkat
akan sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan hebat perlu dilakukan
transfusi darah.
e.
Peptik esophagitis
Akibat
refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi mukosa esophagus
oleh asam lambung.
II. 9 Prognosis
Prognosis
pasien dengan gejala muntah tergantung pada derajat dehidrasi dan
penatalaksanaan dehidrasi, etiologi penyakit yang menyebabkan muntah, serta
komplikasi yang terjadi dari muntah itu sendiri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN BAYI SAKIT
BAYI
Ny.
“A” UMUR 9 BULAN 7 HARI DENGAN VOMITUS PERSISTEN
DI
RUMAH SAKIT SOETOMO SURABAYA
A. DATA SUBYEKTIF
Tanggal Pengkajian : Rabu, 27 November 2013
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : RS Soetomo Surabaya
1)
Biodata
-
Nama :Bayi Ny “A”
-
Umur : 9 Bulan
-
Jenis kelamin : Perempuan
-
Tanggal lahir : 20 Februari 2013
-
No. MR : 12345
a)
Nama orang tua
-
Nama : Ny “A”
-
Agama : Islam
-
Pendidikan : SMA
-
Alamat : Kenjeran
2)
Alasan masuk
rumah sakit
Ibu Mengatakan bayi muntah terus menerus
sejak tanggal 24 November 2013
3)
Riwayat
kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bayi terlihat lemah sejak
tanggal 24 November 2013
4)
Riwayat
kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang
pernah menderita penyakit menular, seperti TBC, penyakit kuning, HIV-AIDS ataupun penyakit menurun, seperti penyakit
jantung, asma, diabetes mellitus.
5)
Riwayat
Imunisasi
HB
|
POLIO
|
BCG
|
DPT
|
CAMPAK
|
DT
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
√
|
1
|
2
|
3
|
√
|
1
|
2
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
6)
Riwayat
antenatal, intranatal dan postnatal
-
Riwayat
Antenatal
Ibu
mengatakan melahirikan dengan umur kehamilan cukup bulan, tidak ada penyulit
selama kehamilan dan ibu hanya meminum obat yang diberikan oleh bidan, tidak
ada riwayat kembar dalam keluarga, Ibu mengatakan tidak pernah merokok sebelum
atau pun selama hamil
-
Riwayat
Intranatal
Ibu melahirkan secara normal tanpa
adanya penyulit selama persalinan
-
Riwayat
Postnatal
Ibu
tidak mengalami penyulit selama masa nifas.
7)
Pola kebiasaan
sehari-hari
Kebutuhan
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
# Pola Makan
Frekuensi
Porsi
Makanan yang disukai
Makanan yang tidak disukai
Jenis makanan
Keluhan
Pantangan
|
3 – 4 x sehari
1 mangkok kecil
ASI, bubur tim
Tidak ada
Bubur , sayur
Tidak
Tidak
|
1 - 3x sehari
1 mangkok kecil
ASI, bubur tim
Tidak ada
Bubur, sayur
muntah
Tidak
|
# Istirahat
Lama Tidur
Keluhan
|
10 jam/hari
Tidak ada
|
15 jam/hari
Tidak ada
|
# Personal Hygiene
Mandi
Keramas
Ganti Pakaian
Keluhan
|
2xsehari
3x seminggu
Tiap basah / kotor
Tidak ada
|
1xsehari
1x seminggu
Tiap basah / kotor
Tidak ada
|
# aktifitas bermain
|
Aktif
|
Aktifitas bermain bayi berkurang
|
# Eliminasi
Frekuensi BAK
Warna
Jumlah
Keluhan
Frekuensi BAB
Warna
Bau
Konsistensi
Keluhan
|
4-6x sehari
Kuning jernih
1 popok penuh
Tidak ada
1 - 2x sehari
Kuning kecoklatan
Khas
Lembek
Tidak ada
|
3-4x sehari
Kuning jernih
1 popok penuh
Tidak ada
1 x sehari
Kuning kecoklatan
Khas
Lembek
Tidak ada
|
-
Aktivitas
Gerakan
lemah, tangisan lemah, menelan, menghisap, dan batuk sangat lemah.
B. DATA OBYEKTIF
1)
Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran pada umumnya: Baik
Tanda-Tanda
vital yaitu :
· Nadi
: 93 x/mnt
· RR : 42
x/mnt
· Suhu
: 38,5ºC
-
Pemeriksaan
Antropometri
BB : 9,5 Kg
PB : 72 cm
LILA : 10 cm
LIKA : 41 cm
2)
Pemeriksaan
Fisik
a.
Kepala dan
wajah
·
Rambut
Inspeksi: Warna hitam, distribusi merata,keadaan bersih.
Palpasi: Tidak ada
lesi, tidak ada edema.
·
Mata
Inspeksi: konjungtiva pucat, tidak ikterus, mata cekung, tidak ada
secret dan tanda infeksi dan tidak
ada kelainan.
Palpasi
: -
·
Telingaa
Inspeksi
: teling simetris dengan mata, tidak ada pengeluaran secret.
Palpasi
: -
·
Hidung
Inspeksi
: hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada lesi.
Palpasi
: -
·
Mulut
Inspeksi
: mulut pucat, lidah bersih, terdapat gigi 3 buah, tidak ada secret,gusi kemerahan tidak bengak
Palpasi
: -
b.
Leher
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
c.
Dada
Inspeksi:
Bentuk simetris,tidak ada tarikan dinding dada
Palpasi
: Tidak Ada nyeri tekan
Auskultasi: Suara pernafasan normal
Perkusi dada: Normal
d.
Abdomen
Inspeksi: Bentuk simetris,tidak ada lesi ,
tidak ada bekas luka operasi
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa,
tidak ada pembesaran hepar
e.
Kulit
Inspeksi
: Pucat
Palpasi
:Turgor kulit menurun
f.
Genetalia
Inspeksi
: Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan
Palpasi
: -
g.
Ektermitas
Inspeksi
: Kuku pucat, tidak ada kelainan.
Palpasi
: Tidak ada edema
C. ANALISA
Diagnosa
: Bayi umur 9 bulan 7 hari dengan
vomitus persisten
Data
Subyektif :Ibu
mengatakan anak lahir pada tanggal 20 Februari 2013 dan muntah terus menerus
sejak tanggal 24 November 2013
Data Obyektif : Tanda-Tanda
vital yaitu :
· Nadi
: 93 x/mnt
· RR : 42 x/mnt
· Suhu
: 38,5ºC
-
Pemeriksaan
Antropometri
BBL
: 3100 gram
PBL
: 50 cm
LIDA
: 32 cm
LIKA
: 33 cm
-
Pemeriksaan atopometri tanggal
·
Pemeriksaan
fisik normal tidak ditemukan kelaina, hanya turgor kulit menurun karena
kekurangan cairan.
Masalah :
Diagnosa
/ masalah potensial dan antisipasi :
Dehidrasi
Tindakan
Segera :
tidak ada
Mandiri : Penuhi Kebuthan cairan bayi
Kolaborasi : Konsultasi dengan dokter anak
Rujukan :
-
D. PENATALAKSANAAN
a.
Menjelaskan
keadaan umum bayi kepada ibu , bahwa kedaan umum bayi lemah, tanda vital Nadi :
93 x/mnt, RR : 40 x/mnt, suhu :
38,5ºC, ibu mengerti keadaan bayinya.
b.
Menjelaskan
bahwa bayi mengalami dehidrasi
c.
Memasang infus
d.
Memberikan
therapy Diphenhydramine
dan Dimenhydrinate (Dramamine) IV 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
BAB IV
PENUTUP
Muntah pada bayi dan anak merupakan
gejala yang sering ditemukan dan seringkali merupakan gejala awal dari berbagai
macam penyakit infeksi, misalnya faringitis, otitis media, pneumonia, infeksi
saluran kencing, bila disertai adanya gejala panas badan.Muntah harus
dibedakan dari posseting, ruminasi, regurgitasi dan refluks gastroesofageal.
Muntah berulang atau muntah siklik juga sering dipengaruhi oleh faktor
psikologis dan biasanya didahului oleh faktor yang menggelisahkan atau
menggembirakan yang berlebihan, misalnya saat marah, sesudah dihukum di
sekolah, saat hari libur, pesta ulang tahun, dan sebagainya.Pencegahan muntah
dengan menerapkan pola hidup sehat serta pengawasan ketat terhadap asupan
nutrisi pada bayi dapat menurunkan kejadian vomitus persistens.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo, Subijanto Marto. 2009.
Penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak. Divisi Gastroenterologi
Laboratotrium Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo/FK Unair. Diakses dari http://www.pediatrik.com/buletin/20060220-hw0gpy-buletin.pdf
Guyton and Hall, 1996.Textbook of
medical physiology.9th Ed. W. B Saunders Company. Philadelphia.
Lissauer
& Fanaroff. 2009. At a Glance
Neonatologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Markum dkk.1999.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid ,“
Saluran Cerna”. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Goji Berries... yes... I tried those too.for my health conditions, Those sweet, red berries seemed to help, but only during the time when I consumed them. I don't want to take a drug for the rest of my life, so why would I want to take a natural supplement everyday for the rest of my life (although Goji berries are very tasty and are highly nourishing). To me this was not a cure either (and I'm LOOKING for the CURE).
BalasHapusUp to that point, I hadn't found a cure. I felt like a young jumbled mess. I continued to have extreme pain, but continued on my path to healing. I started to focus on myself and not everyone else. When I was a young adult, I took on too much responsibility out of a sense of obligation. This was no longer healthy for me, so I resigned from all my projects and groups. Those days to come were the best [and worst] days. I took a lot of time off work, yet begun to feel so extremely exhausted. Many health professionals "diagnosed" me with adrenal fatigue & Hiv,Prostate Cancer so my situation was annoying then I keep searching for permanent cure online that's when I came to know of Dr Itua herbal center hands whom god has blessed with ancestral herbs and a gift to heal people with disease like .Cancers,Alzheimer's disease,HPV,Men & Women Infertility,Melanoma, Mesothelioma, Diabetes, Multiple myeloma, Parkinson's disease,Neuroendocrine tumors,Herpes, Hiv/Aids,Non-Hodgkin's lymphoma,, chronic diarrhea, COPD,Love spell, Hepatitis... So I made a purchase of his herbal medicines and I have been watching my health for 6 years now and I actually confirmed that his herbal medicines are a permanent cure and I'm so happy that I came to know of his herbal healings.You can contact Dr Itua herbal center Email: drituaherbalcenter@gmail.com WhatsApp: +2348149277967. if you went through exactly what I go through in terms of health conditions because really honest there is more to learn about natural herbs than medical drugs.